INDEF Nilai Diskon Pajak Mobil Baru, Sebuah Kesalahan Berpikir dari Pemerintah

Redaktur: Muhsin Efri Yanto

JAKARTA — Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Bhima Yudisthira Adhinegara menilai kebijakan pemerintah memberikan intensif diskon pajak mobil baru bertujuan untuk mendorong pemulihan ekonomi nasional, adalah kesalahan berpikir dari pemerintah.

“Karena siapa yang lobinya lebih kencang, khususnya dari pengusaha industri otomotif. Itu yang akan didengar dan dijadikan sebagai kebijakan,” ujar Bhima, pada webinar bertajuk Diskon Pajak Mobil dan Banjir Jakarta’ yang diikuti Cendana News, Rabu (24/2/2021).

Terkait dengan kerugian ekonomi, dalam kebijakan tersebut menurutnya, mereka selalu berdalih itu belum teralisasi. Sehingga bisa dihitung secara kasat mata berapa pertumbuhan ekonominya.

“Diskon pajak mobil ini, ada logika policy dan kebijakan yang salah. Maka, saya sertakan 8 poin kesesatan logika berpikir pemerintah dalam kebijakan ini,” tukasnya.

Pertama, sebut dia, pemerintah sepertinya tidak menghitung kerugian dari penyebaran pandemi Covid-19. Ketika masyarakat dengan situasi ekonomi terpuruk saat ini, justru malah didorong untuk membeli mobil baru.

“Memang mobil baru mau ditaruh di garasi saja, ya buat jalan-jalan. Padahal sekarang ada Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan ancaman pandemi masih tinggi di atas 8.000 kasus hariannya,” ujar Bhima.

Poin kedua, yakni hitungan pemerintah dari pemberian diskon ini diharapkan nantinya ada penerimaan pajak yang naik.

“Itu nggak bisa, kerugiannya lebih banyak dari sisi penerimaan pajak. Gimana bisa naik? Jelas-jelas ini intensif atau diskon dari PPnM (Pajak Pertambahan Nilai Barang Mewah (PPnBM), pasti turun,” tukasnya lagi.

Lihat juga...