Membangun Pengetahuan Adat Melalui Konektivitas Antar Generasi
Redaktur: Muhsin Efri Yanto
JAKARTA — Hilangnya kebudayaan, nilai adat dan kearifan lokal karena masifnya modernitas, mendorong para pegiat adat untuk kembali membangun konektivitas antara generasi muda dengan pemilik pengetahuan adat dan mendokumentasi pengetahuan adat sehingga bisa terjadi transfer pengetahuan.
Pegiat Adat Dicky Senda, yang membangun Komunitas Lakoat Kujawas di Mollo NTT menyatakan, hampir tidak ada akses bagi para generasi muda di wilayahnya pada pengetahuan adat.
“Saat saya kembali ke Mollo, saya melihat akses pada pengetahuan adat ini hampir tidak ada sama sekali. Walaupun banyak periset maupun peneliti yang datang ke tetua adat, tapi hasilnya hanya tersimpan di menara gading. Tak ada yang kembali ke masyarakat lokal. Karena itu, Lakoat Kujawas ini berfokus untuk mengarsipkan semua pengetahuan adat ini,” kata Dicky dalam talkshow online Tanah Ibu Kami, Minggu (21/2/2021).
Sejak memulainya pada tahun 2016, Dicky menyebutkan sudah ada 4-5 buku yang berasal dari kegiatan pengarsipan terkait cerita adat, fabel, dongeng, tradisi dan narasi alam.
“Para pemegang pengetahuan adat ini mayoritas sudah tua dan selama ini tidak ada penulisan tentang pengetahuan adat ini. Mereka hanya menyampaikan berupa cerita saja. Jadi, kami mendokumentasikan baru menuliskan kembali,” paparnya.
Untuk mempermudah mendapatkan sumber narasi, ia melakukan literasi pada generasi muda untuk terlibat dalam kegiatan ini.
“Anak-anak muda Mollo, saya dorong untuk bertanya pada orang tua mereka atau kelompok tua dalam sub etnis mereka tentang pengetahuan adat. Ini kami kumpulkan,” ucapnya.
Setelah dilakukan pengarsipan, hasilnya disebarkan ke sekolah-sekolah formal untuk dijadikan bahan pembelajaran. Baik melalui ekstrakurikuler sekolah maupun muatan lokal pendidikan formal.