Menulis Buku Cara Bagi Lusia Budayakan Literasi dan Mengasah Kompetensi
Redaktur: Muhsin Efri Yanto
LAMPUNG — Menulis buku jadi pilihan bagi Lusia Yuli Hastiti, salah satu guru di sebuah sekolah SMP di Kecamatan Marga Sekampung, Lampung Timur untuk meningkatkan budaya literasi dan kualitas pendidikan. Kontribusi pada sektor pendidikan melalui buku sekaligus jadi cara mengasah kompetensi.
Ide dan gagasan sebut Lusia sapaan akrabnya kerap dituangkan dalam tulisan berupa puisi yang memiliki tujuh jenis. Puisi yang telah dibuat berupa balada, hymne, ode, epigram, elegi, romansa, dan satire. Berbagai isi atau bahasan puisi tersebut sekaligus sebagai contoh dan materi pengajaran bagi siswa.
“Sebagai seorang guru saya ingin ikut berkontribusi, mengembangkan ilmu dan kompetensi dan adanya fasilitator Komunitas Guru Menulis bisa mendorong para guru untuk menerbitkan karya dalam bentuk buku sesuai bidang yang ditekuninya,” terang Lusia Yuli Hastiti saat dikonfirmasi Cendana News, Kamis (4/2/2021).
Menulis buku antologi atau berkolaborasi dengan penulis lain bisa mengasah kemampuan. Tren menulis bersama sejumlah penulis untuk andil membuat buku akan menghadirkan karya yang lebih beragam.
“Secara psikologis bagi guru yang menulis bisa menambah kepercayaan diri, melatih keterampilan menulis lalu selanjutnya bisa menulis buku sendiri,” tegasnya.
Karya yang diterbitkan, sebut guru Bahasa Inggris sejak tahun 2013 tersebut, tersebar di majalah komunitas. Beberapa karya yang telah diterbitkan pada periode 2019 dalam antologi puisi bersama penulis lain. Karya tersebut ada dalam buku Simfoni Empat Musim, Hujan dan Sepotong Kenangan, Guru Honorer, Perempuan di Atas Bukit, Puncak Kenikmatan.