Minimalisir Gagal Panen Petani Lamsel Terapkan Tanam Serempak

Redaktur: Muhsin Efri Yanto

LAMPUNG — Masa tanam rendengan di Lampung Selatan potensi kerugian kerap disebabkan banjir dan serangan hama. Meminimalisir kondisi tersebut, petani memilih melakukan pola tanam serempak (synchronously) pada tanaman padi, jagung dan komoditas pertanian lain.

Ajum, petani di Desa Bakauheni, Kecamatan Bakauheni menyebutkan, pola tersebut memiliki dampak positif dalam meminimalisir ledakan organisme pengganggu tanaman (OPT) atau hama. Sebab sebelumnya penanaman komoditas pertanian tidak serempak berimbas akumulasi populasi hama meningkat. Hama burung pipit, tikus, walang sangit, ulat daun merusak tanaman.

Ajum bilang pada pola pertanian modern hama bisa dibasmi memakai zat kimia. Namun ia mempertahankan pola pertanian tradisional berbasis kerarifan lokal. Kesepakatan petani untuk menanam serentak dengan tidak berlomba mendahului menanam padi, jagung. Dampak bagi petani yang lebih dahulu kerap diserang hama demikian dengan petani yang terlambat menanam.

“Semangat gotong royong bagi petani tradisional pedesaan Lamsel tentunya dilakukan agar penanaman bisa serempak, mulai dari pengolahan lahan, penyediaan bibit hingga penanaman. Cara tersebut akan menekan laju populasi hama yang menyerang komoditas pertanian,” terang Ajum saat ditemui Cendana News, Senin (1/2/2021).

Hama tikus menyerang tanaman padi dialami Atin, warga Desa Pasuruan, Kecamatan Penengahan, Lampung Selatan saat kebersihan lahan kurang terjaga dan masa tanam tidak serempak, Senin (1/2/2020). Foto: Henk Widi

Selain penanaman serempak pada komoditas padi dan jagung, Ajum menerapkan sistem tumpang sari. Sistem penanaman polikultur sebutnya berperan dalam mencegah munculnya hama. Ia memilih menanam talas pada lahan sawah untuk sumber pakan ikan pada kolam air tawar. Penanaman sayuran pada galengan, bunga pada tegalan menjadi refugia penarik serangga predator hama bagi tanaman.

Lihat juga...