Pakar: Paus Terdampar di Bangkalan karena Perubahan Navigasi

“Kemungkinan termasuk di beberapa perairan pantai Pulau Madura dan kawasan Selat Madura,” katanya.

Selain faktor cuaca ekstrem, beberapa faktor lain, yakni gelombang sinar matahari, perubahan garis pantai, paus sakit, dan bisa saja dari aktivitas kilang minyak di sekitar perairan turut mempengaruhi perubahan navigasi paus.

“Karena ada juga referensi yang mengatakan bahwa “rig” (bangunan lepas pantai) dijadikan patokan magnetik bagi paus,” tuturnya.

Dosen yang merupakan anggota Laboratorium Zoologi dan Rekayasa Hewan Biologi ITS ini menyimpulkan, sebenarnya banyak teori terkait anomali ini, karena banyak kasus yang terjadi namun penyebabnya belum diketahui secara pasti.

Ia mengamati bahwa pada saat ini masyarakat dengan kearifan lokalnya telah melakukan beberapa upaya penyelamatan.

Diharapkan ke depannya, masyarakat lokal bersama institusi terkait dapat membuat protokol langkah mitigasi dalam menangani kasus paus terdampar, sebab tidak hanya sekali terjadi di Indonesia.

Menurut dia, dengan respons yang tanggap dari masyarakat diharapkan bisa membantu paus untuk kembali melakukan perjalanan migrasinya.

“Besarnya tubuh pauslah yang menyebabkan ia tak dapat bermanuver kembali ke laut, sehingga dibutuhkan bantuan langsung dari manusia,” tuturnya.

Dewi menganjurkan langkah-langkah yang dapat dilakukan masyarakat saat ini untuk mengatasi masalah paus terdampar di pantai adalah memprediksi kapan dan di mana peristiwa paus biasanya terdampar.

“Bisa digalakkan untuk membangun pos paus di sekitar pantai, pos ini berfungsi sebagai pemantau kondisi pantai, juga bisa sebagai media edukasi paus,” katanya.

Lihat juga...