Pangon
CERPEN YUDITEHA
Untuk memenuhi kebutuhan sehari hari, sekadar makan dan minum, perempuan itu harus pergi ke hutan yang berada di seberang. Di hutan itu dia mencari apa pun yang bisa dimakan, dan pada saat pulang dia membawa seikat ranting kering dan air.
Setelah lelaki itu mendengarkan kisah perempuan tersebut, hatinya menjadi iba. Karenanya lelaki itu berjanji dialah yang akan menggantikan perempuan itu untuk mencari makanan, ranting kering, dan air di hutan.
Dari perempuan itu juga, dia tahu bahwa daerah itu termasuk wilayah Blitar. Karena ketulusannya membantu, perempuan itu mengangkat dia menjadi anaknya.
Suatu hari, ketika lelaki itu pergi ke hutan, dia mendengar suara dok-dok. Karena dia sudah biasa keluar-masuk hutan, dan terbiasa mendengar suara seperti itu, di mana hal itu adalah suara pencari kayu, maka dia tidak menaruh curiga.
Namun untuk meyakinkan, dia tetap mendatangi sumber suara. Begitu sampai di dekat suara, lelaki itu melihat ada orang tua sedang membuat senjata dari bahan besi di sebuah padepokan.
Lelaki itu penasaran, selain dengan sosok orang tua itu, juga tentang keberadaan bahan besi tersebut. Satu lagi, sosok tua itu juga ditemani seekor anjing belang. Dengan polosnya lelaki itu menyapa orang tua tersebut.
Dari percakapan mereka, ternyata orang tua itu sudah tahu akan kedatangannya. Karena kesaktian orang tua itu, dia meminta untuk dijadikan murid, dan orang tua itu menerima dengan senang hati.
Setiap kali lelaki itu pergi ke hutan, pada saat itulah sekalian dia berguru. Apa yang diajarkan gurunya, selalu dia lakukan dengan tekun. Karena ketekunannya dalam belajar, Sang Guru akhirnya juga melatih ilmu kebatinan dan ilmu alam.