Pangon
CERPEN YUDITEHA
Bahkan oleh gurunya, lelaki itu disarankan untuk memelihara sepasang ayam pemberiannya. Sepasang ayam itu berhasil berkembang biak. Karena kepandaiannya memelihara ayam itulah, Sang Guru memberi julukan dia, Pangon.
Setelah beberapa waktu berguru, tepatnya hari Sabtu Kliwon, Pangon bermimpi gurunya sedang menemui celaka. Karenanya, meski tidak waktunya pergi ke hutan, dia tetap nekat pergi.
Ketika Pangon sampai di padepokan, dia terkejut karena tidak mendapati keberadaan gurunya. Dan yang membuatnya heran, di padepokan itu ada batu hitam besar sepasang, seperti halnya lingga-yoni, sebuah perlambang tentang kesuburan. Sedangkan anjing Sang Guru sedang duduk bersimpuh di samping batu besar itu.
Mungkinkah guru berubah menjadi batu besar ini? batin Pangon.
Sejak itu, anjing peninggalan gurunya akrab dengan Pangon. Saking akrabnya, Pangon dan ibu angkatnya bisa mengerti apa yang menjadi kehendak anjing itu hanya dengan mendengar gonggongannya.
Sementara, sepeninggal gurunya, Pangon terus rajin beternak dan bertani. Kotoran dari ayam diolah menjadi pupuk untuk merawat tumbuhan yang dia tanam.
Lama kelamaan, tanah yang mereka tinggali bersama ibu angkatnya menjadi subur. Keadaan itu mengundang penasaran orang untuk datang.
Dan yang paling membuat Pangon dan ibu angkatnya kaget, adalah kedatangan saudagar kaya bersama dengan keluarganya, dengan membawa sepasang kerbau miliknya. Orang kaya itu mengangkat dirinya sendiri menjadi pimpinan desa.
Karena Pangon dikenal pandai beternak, pimpinan itu memintanya untuk merawat sepasang kerbaunya, dengan perjanjian jika kerbau beranak betina maka menjadi milik pimpinan, tapi jika beranak jantan maka menjadi milik Pangon.