Pangon

CERPEN YUDITEHA

Karena kepandaian Pangon maka kerbau itu banyak melahirkan anak jantan. Mendengar hal itu Sang Pemimpin murka, lantas memberi aturan sebaliknya, dan rupanya hasilnya pun ikut-ikut berlaku sebaliknya.

Mengetahui hal itu Sang Pemimpin semakin murka, dan menyuruh warga desa untuk membunuh Pangon. Mereka mengikat Pangon dan jasadnya dimasukkan ke sumur yang berada dekat padepokan gurunya.

Batu hitam besar yang ada di situ digunakan sebagai penutup sumur. Anjing yang setia kepada Pangon melihat hal itu, lantas berlari pulang, memberitahu ibu angkat Pangon.

Ketika mereka hampir tiba di sumur itu, ibu angkatnya melihat baju Pangon tergeletak di tanah dengan keadaan berlumuran darah.

Lantas ibu angkat Pangon menuju sumur, mengangkat bagian lingga batu besar itu hingga mulut sumur terlihat.

Ibu itu menangis di atas bibir lubang yoni Batu. Mungkin karena melihat kesedihan ibu Pangon, anjing itu tiba-tiba masuk ke sumur lewat lubang yoni.

Sebelum lolongan anjing lenyap untuk selamanya, sempat menggonggong beberapa kali. Dari gonggongan anjing, ibu angkat Pangon menjadi tahu siapa dalang dari masalah itu.

Ibu angkat Pangon histeris, berteriak, lantas bersumpah, yang intinya tidak akan ada satu pun orang di desa itu yang bisa mempunyai keturunan.

Pada saat ibu angkat Pangon berlalu dari tempat itu, dia membawa bagian lingga batu. ***

Catatan: Ide cerita diambil dari Legenda Candi Gedog Blitar.

Yuditeha, pegiat Komunitas Kamar Kata Karanganyar, Jawa Tengah. Telah menerbitkan 16 buku. Buku terbarunya Sejarah Nyeri (Kumcer, Marjin Kiri, 2020).

Redaksi menerima cerpen. Tema bebas tidak SARA. Cerpen yang dikirim orisinal, hanya dikirim ke Cendana News, belum pernah tayang di media lain baik cetak, online atau buku. Kirim karya ke editorcendana@gmail.com. Karya yang akan ditayangkan dikonfirmasi terlebih dahulu. Jika lebih dari sebulan sejak pengiriman tak ada kabar, dipersilakan dikirim ke media lain. Disediakan honorarium bagi karya yang ditayangkan.

Lihat juga...