Persoalan Lahan Hambat Normalisasi Sungai Beringin Semarang

Editor: Makmun Hidayat

SEMARANG — Normalisasi Sungai  Beringin, menjadi solusi untuk mengatasi bencana banjir di wilayah Mangkang Kecamatan Tugu Kota Semarang. Terlebih penyebab utama banjir di daerah tersebut, karena tanggul jebol akibat tidak mampu menampung debit air di Sungai Beringin.

“Normalisasi Sungai Beringin mendesak dilakukan, karena sungai tersebut kerap meluap, bahkan hampir setiap tahun. Akibatnya, warga di wilayah Mangkang dan sekitarnya, sering terdampak banjir,” papar Kepala Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kota Semarang, Sih Rianung saat dihubungi di Semarang, Rabu (3/2/2021).

Terakhir, banjir akibat jebolnya tanggul sungai Beringin terjadi pada Rabu (2/12/2020) malam, yang mengakibatkan ratusan rumah di wilayah Mangkang Wetan, Mangkang Kulon dan Mangunharjo Kecamatan Tugu Kota Semarang.

Rianung memaparkan, saat ini progres normalisasi pun sudah dilakukan, namun pihaknya masih terkendala terkait pembebasan lahan warga.

Lebih lanjut dijelaskan, sebenarnya pembebasan lahan tahap pertama telah selesai. Namun dikarenakan adanya review Detail Engineering Design (DED) dari Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juwana, sehingga dilakukan penambahan wilayah sungai yang dilakukan normalisasi.

“Total kebutuhan lahan untuk normalisasi sungai Beringin sekitar 18 hektar. Lahan yang telah dibebaskan sekitar 7,8 hektare, sehingga ada 10,2 hektare lahan yang belum terbebaskan. Kebutuhan ini sudah dikomunikasikan dengan warga sekitar. Nanti kalau sudah ada kepastian kajian lingkungan, kami melakukan penetapan peta lokasi dan peta bidang,” lanjutnya.

Di lain sisi, pihaknya juga terkendala dengan anggaran yang diperlukan untuk pembebasan lahan tersebut. Sebagai gambaran, pihaknya membutuhkan dana sebesar Rp 82 miliar untuk membebaskan lahan seluas 10,2 hektar, dengan asumsi harga tanah di wilayah tersebut Rp 800 ribu per meter.

Lihat juga...