Pohon Bayur, Menjaga Lingkungan dan Bermanfaat Ekonomi

Editor: Koko Triarko

LAMPUNG – Bayur menjadi salah satu tanaman kayu keras yang masih hidup di vegetasi dataran rendah Lampung Selatan. Warga setempat mengatakan, bayur atau Pterospermum javanicum tumbuh secara alami. Sejumlah petani yang mengembangkan lahan dengan konsep wanatani, pun menjadikan bayur sebagai pelindung tanaman lain.

Sumardi, warga Desa Pasuruan, Penengahan, mengatakan, konsep wanatani merupakan pengembangan tanaman kayu keras dan tanaman pertanian. Jenis kayu bayur menjadi salah satu tanaman yang dipertahankan. Pertumbuhan dengan biji yang menyebar lewat angin bayur, akan dipanen saat usia telah tua. Dua jenis bayur yang tumbuh di lahan kebun miliknya, meliputi bayur merah dan bayur putih.

Menurutnya, bayur yang tumbuh di dataran rendah sudah berusia puluhan tahun. Tanpa menanam, ia mendapatkan pohon sejak kecil hingga tumbuh besar untuk dipanen. Selama jangka pertumbuhan tersebut, ia mendapat manfaat ganda. Daun gugur menjadi pupuk, humus bagi tanaman bertajuk rendah. Akar kuat menjadi penyerap air sumber mata air sumur gali.

Pemanfaatan kayu bayur diterapkan pada bangunan oleh Mian, warga Desa Kelawi, Kecamatan Bakauheni, Lampung Selatan, hasil kebun untuk pembuatan homestay, Rabu (17/2/2021). -Foto: Henk Widi

“Puluhan tanaman bayur yang tumbuh di kebun jauh dari permukiman akan dipertahankan, karena memiliki manfaat ekologis dan ekonomis untuk investasi bagi kebutuhan bahan bangunan tanpa harus membeli, bahkan bisa menjualnya untuk biaya kebutuhan harian,”  terang Sumardi, saat ditemui Cendana News, Rabu (17/2/2021).

Lihat juga...