Teknik Polikultur, Kearifan Lokal Petani Lamsel Hasilkan Komoditas Beragam
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
LAMPUNG – Lahan terbatas tidak menyurutkan sejumlah petani mendapatkan hasil maksimal.
Penerapan pertanian polikultur atau penanaman beragam jenis komoditas pada satu lahan dilakukan oleh Suratmi, petani di Desa Kelawi, Kecamatan Bakauheni, Lampung Selatan. Hasil komoditas beragam diperoleh melalui penerapan teknik polikultur tersebut.
Suratmi bilang, proses penerapan polikultur butuh waktu panjang. Pada era tahun 1990- an, ia menyebut kawasan perbukitan di wilayah itu hanya ditanami cengkih.
Komoditas seragam itu hanya dikembangkan bersama dengan kelapa. Imbasnya petani hanya mendapat hasil bulanan dari kelapa, cengkih setahun sekali. Sempat menjadi komoditas favorit, cengkih ditebang untuk diganti dengan komoditas lain.
Kearifan lokal petani memilih beragam tanaman diawali dengan penanaman sayuran. Lahan yang telah dibersihkan dari tanaman cengkih kembali diolah.
Selain menanam sayuran Suratmi bilang menanam pisang, jengkol, alpukat, durian dan tanaman lain. Sistem polikultur diterapkan untuk menghasilkan panen dalam waktu mingguan, bulanan.
“Teknik pertanian seragam atau monokultur tidak cocok dikembangkan pada lahan terbatas karena petani butuh waktu lama menunggu waktu panen, sebaliknya dengan teknik polikultur petani bisa mendapatkan hasil beragam dari berbagai komoditas mingguan, bulanan dan tahunan,” terang Suratmi saat ditemui Cendana News, Senin (22/2/2021).
Suratmi menyebut, komoditas pertanian jenis pisang janten, kepok, tanduk bisa dipanen setiap bulan. Setelah proses penanaman dalam waktu enam bulan, pohon bisa berbuah.
Di sela-sela tanaman pisang ia tetap bisa menanam sayuran kenikir, sintrong, cabai rawit. Tanaman dengan tajuk lebih tinggi jenis alpukat, durian, jengkol dipilih varietas genjah yang cepat berbuah.