Tren Bonsai Gerakkan Ekonomi Warga Desa Sumber Nadi Lamsel

Editor: Koko Triarko

Wayan Suwarno mengaku menggagas Ngopi Bareng dan Jemur Bonsai sejak 31 Januari 2021 hingga 3 Februari 2021 memiliki tujuan ekonomis. Sebab, sejumlah transaksi dari penghobi bonsai dengan pemilik bonsai bisa menjadi sumber pemasukan. Sebanyak 350 bonsai yang ditampilkan dengan cara dijemur di lapangan desa setempat, merupakan sebagian dari ribuan bonsai yang dimiliki warga.

Bonsai tanaman sentigi,putri malu, kimeng, beringin, kelapa, serut dan tanaman lain, memiliki harga bervariasi. Sejumlah tanaman bonsai yang telah terbentuk dibandrol mulai harga Rp999.000 hingga Rp25juta. Silaturahmi antarpelaku usaha kreatif bonsai, melahirkan strategi marketing penjualan bonsai. Sebab, pecinta bonsai mengunggah foto ke media sosial menjadi promosi efektif.

“Ratusan bonsai yang telah jadi, sebagian dipromosikan, menarik minat pecinta bonsai, jika ingin membeli bisa datang ke Desa Sumber Nadi yang dikenal sebagai kampung bonsai,” bebernya.

Ratusan pecinta bonsai ,sebut Wayan Suwarno, umumnya belajar secara otodidak. Namun, adanya naungan dari Persatuan Pebonsai Indonesia sejumlah penghobi bonsai membuat edukasi mempercantik tanaman lebih terarah. Munculnya sejumlah komunitas, di antaranya Dagelan Bonsai Lampung Indonesia memperlihatkan minat tinggi pada seni tersebut.

I Gde Saputra, salah satu trainer bonsai, mengaku perputaran ekonomi dari usaha kreatif tersebut terbuka lebar. Pecinta bonsai yang tidak memiliki kemampuan membentuk tanaman lebih indah bisa memanfaatkan jasa trainer. Sebutan trainer yang menjadikan tanaman bonsai dari bahan hingga berbentuk indah sangat dibutuhkan. Meski mendapat jasa ratusan ribu rupiah untuk paket trainer, ia menyebut peluang itu menjanjikan.

Lihat juga...