Letkol Soeharto Redakan Berbagai Pemberontakan
Setelah itu, ia berpindah-pindah tugas menjadi pimpinan Resimen 14 di Salatiga, tahun 1952, Komandan Resimen 15 di Solo, tahun 1953 dan kemudian diangkat sebagai Panglima Tentara Teritorium IV Diponegoro berkedudukan di Semarang.
Ketika bertugas di Solo, Letnan Kolonel Soeharto memahami karakteristik satuan-satuan yang ada di bawahnya, termasuk Batalyon Digdo di Kleco yang memperoleh pendidikan politik dari tokoh PKI Alimin. Untung dan Suradi merupakan anggota Batalyon Kleco, sehingga ketika yang bersangkutan, Letkol Untung memimpin G.30.S PKI, dirinya segera mengetahui motif ideologis di balik peristiwa itu.
Pada saat memimpin Tentara Teritorium IV, ia mulai memikirkan kesejahteraan TNI dengan mendorong kegiatan koperasi di seluruh kesatuan yang dipimpinnya. Ia juga mulai mendorong tumbuhnya kesejahteraan rakyat yang diakuinya telah berjasa dalam revolusi fisik namun masih hidup dalam suasana kekurangan.
Salah satunya adalah kelangkaan pangan, beras walaupun di wilayah kerjanya surplus gula. Ia berinisiatif melakukan koordinasi dengan semua pihak untuk melakukan barter gula dengan beras dari Singapura.
Pada saat memimpin Tentara Teritorium IV Diponegoro itu, ia kembali dipercaya mengantarkan kepergian tokoh pejuang Nusantara dalam bidang pendidikan, Ki Hajar Dewantara, dimana ia bertindak menjadi inspektur upacara pada saat pemakaman. Terekam kuatnya memori wafatnya Ki Hajar Dewantara dalam perjalanan karier hidupnya (selain kepergian Jenderal Soedirman), menandakan bahwa Letnan Kolonel Soeharto merupakan salah satu generasi penerus Nusantara yang dipercaya oleh takdir sejarah untuk memimpin dalam memberikan penghormatan secara langsung kepergian para pejuang-pejuang pendahulunya.