Menangkap Ikan Cara Tradisional, Jaga Lingkungan dan Ekosistem
Editor: Koko Triarko
Teknik penangkapan ikan ramah lingkungan sistem tradisional juga dipertahankan oleh warga Bakauheni. Ardi Yanto, warga Desa Kelawi, menyebut nelayan kerap memakai teknik panah air. Panah dibuat dengan karet, bambu dan ujung besi yang akan digunakan untuk mencari ikan karang. Teknik penyelaman memakai kacamata air dilakukan untuk memilih ikan karang.
“Saat menyelam di perairan Batu Alif yang memiliki biota terumbu karang, kami harus berhati-hati agar tidak merusak,”cetusnya.
Perairan jernih, memungkinkan Ardi Yanto menyelam. Biota laut untuk bahan makanan yang bisa diperoleh berupa lokan sejenis kerang, ikan kerapu, ikan karang lainnya. Ia juga bisa mendapatkan anggur laut atau latuh, yang bisa digunakan sebagai lalapan. Hasil tangkapan selanjutnya diolah dengan pembakaran bersama nelayan lain. Selain teknik panah air, ia juga memakai jaring dan bubu tancap.
“Bubu tancap dibuat dari kawat untuk menjebak ikan karang dan udang lobster,” katanya.
Namun demikian, Ardi Yanto mengakui teknik ramah lingkungan kerap tidak menghasilkan ikan dalam jumlah banyak. Namun hasil tangkapan bisa menjadi sumber bahan konsumsi. Langkah itu berguna untuk mempertahankan kelestarian lingkungan dari bahaya kerusakan. Terlebih, kekayaan alam bawah air terumbu karang bisa dijadikan objek wisata.
Penangkapan ikan berkelanjutan juga diterapkan warga Desa Sumber Nadi, Kecamatan Ketapang. I Ketut Sinda Atmita, Kepala Desa Sumber Nadi, menyebut potensi vegetasi mangrove menjadi peluang hasil tangkapan ikan. Jenis kepiting bakau, ikan dan udang bisa ditangkap dengan cara tradisional. Kolaborasi antara konservasi mangrove dan penangkapan ikan berkelanjutan tetap dijaga.