Menelisik Tradisi “Ngumpulke Balung Pisah” di Lampung
Editor: Makmun Hidayat
LAMPUNG— Di masa pandemi, kegiatan silaturahmi antarkeluarga secara langsung kerap diganti virtual. Namun semangat kekeluargaan untuk menjalin kebersamaan kerabat yang jauh dilakukan dengan pertemuan keluarga.
Wagiran (67) menyebut dalam tradisi kearifan lokal yang terjaga ia menyebut kegiatan pertemuan keluarga sebagai ngumpulke balung pisah.
Tradisi keluarga tersebut, sebutnya jadi warisan keluarga besarnya. Berasal dari Sleman, Yogyakarta ia mengaku menjadi generasi kedua dari keluarga besar perantauan yang kini menetap di Lampung. Warga Way Kanan itu menyebut ngumpulke balung pisah bermakna mengumpulkan anggota keluarga berdasarkan silsilah. Menjalin silaturahmi keluarga inti dari satu keturunan.
Wagiran bilang tradisi ngumpulke balung pisah dalam wujud pertemuan keluarga miliki filosofi mendalam. Sebab meski digelar setiap tiga bulan, silsilah keluarga selalu dibacakan untuk mengingatkan posisi setiap anggota keluarga. Bagi generasi yang tidak mengetahui asal usul, silsilah keluarga salah satu sesepuh akan memberikan urutan anggota keluarga.
“Sejarah keluarga selalu dibacakan mulai dari awal mula leluhur sampai di Sumatera dari tempat asalnya di Yogyakarta dan beranak pinak lalu tersebar di sejumlah wilayah di Provinsi Lampung hingga ke provinsi lain sehingga keluarga yang terpencar bisa menguatkan persaudaraan,” terang Wagiran saat dikonfirmasi Cendana News, Minggu (14/3/2021).
Wagiran bilang ngumpulke balung pisah dalam istilah kekinian kerap disebut sebagai gathering, silaturahmi. Definisi itu digambarkan sebagai tulang berserakan dari satu tubuh yang harus kembali disatukan. Ketidaktahuan akan sejarah sebutnya akan berimbas pada hubungan silaturahmi yang terputus. Namun melalui pertemuan keluarga perjumpaan akan menjadi memori kebahagiaan bagi anak-anak.