Menengok Peran Perempuan Lampung Dukung Pelestarian Hutan

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

Supami Eva bilang menjadi rimbawan sebutnya butuh passion atau sense of belonging pada kelestarian hutan.

Sebagian masyarakat di kawasan penyangga hutan kerap ingin mendapatkan hasil ekonomi dengan berburu satwa. Padahal langkah tersebut dilakukan dengan cara salah di antaranya membakar padang rumput, memasang jebakan dan memakai senjata api.

Selain perburuan satwa sebagian oknum tak bertanggung jawab kerap merambah kayu laban, nibung. Dua jenis tanaman dekat rawa-rawa TNWK dan kawasan ekosistem mangrove pesisir Timur kerap dicuri.

Peran rimbawan sebutnya cukup penting agar kelestarian satwa dan fauna tetap terjaga. Peringatan Hari Bakti Rimbawan yang diperingati setiap tanggal 16 Maret sebutnya, mengingatkan perannya menjaga kelestarian.

“Rasa memiliki dan menjaga kawasan hutan bertujuan agar banyak orang peduli mata rantai ekosistem satwa dan fauna,” sebutnya.

Supami Eva menyebut, sebagian perempuan juga ikut membantu dalam upaya konservasi. Saat kunjungan ke TNWK meningkat ia dan rekan perempuan lain kerap membersihkan sampah.

Sebab pengunjung kerap membuang sampah sembarangan pada sejumlah lokasi. Kelestarian lingkungan kawasan hutan sebutnya jadi sumber untuk kehidupan satwa dan flora berkelanjutan.

Menjaga kelestarian hutan juga didukung peran penyediaan bibit. Sekitar 20 lebih perempuan yang berperan sebagai penyedia bibit menjadi bagian dari rimbawan.

Petugas administrasi bibit Pusat Persemaian Permanen, Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung (BPDASHL) Way Seputih Way Sekampung, Eka Fitriana, menyebut jutaan bibit disediakan di tempat itu.

Eka Fitriana, petugas bagian administrasi bibit Persemaian Permanen BPDASWSS Desa Karangsari, Kecamatan Ketapang, Lampung Selatan, Rabu (17/3/2021) – Foto: Henk Widi
Lihat juga...