Meski Tertekan Kondisi Pasar, Bukit Asam Masih Cetak Laba Rp2,4 Triliun

JAKARTA — PT Bukit Asam Tbk (PTBA) masih mencetak kinerja positif dengan laba Rp2,4 triliun sepanjang 2020, meski saat itu kondisi negara terimbas pandemi COVID-19 dan harga batu bara dunia lesu.

“Dari sisi pendapatan, PTBA membukukan sebesar Rp17,3 triliun. Aset perusahaan tercatat masih kuat berada di angka Rp24,1 triliun dengan komposisi kas setara kas dan deposito berjangka di atas tiga bulan sebesar Rp5,5 triliun atau 23 persen dari total aset,” kata Sekretaris Perusahaan Bukit Asam Apollonius Andwie dalam keterangannya di Jakarta, Jumat.

Pemberlakukan lockdown di sejumah negara tujuan ekspor, seperti China dan India, serta konsumsi listrik yang turun di beberapa kota besar di Indonesia membuat penyerapan batu bara untuk pasar ekspor dan domestik mengalami penurunan sehingga berdampak terhadap kinerja Bukit Asam.

“Harga batu bara selama tahun 2020 juga menjadi tantangan tersendiri bagi perseroan,” kata Apollonius Andwie.

Merujuk data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, harga batu bara acuan sangat fluktuatif sepanjang 2020. Berawal di angka 65,93 dolar AS per ton pada awal Januari 2020, kemudian sempat menyentuh titik terendah 50 dolar AS per ton pada September 2020.

Harga batu bara mulai merangkak naik memasuki kuartal keempat, lalu ditutup pada angka 59,65 dolar AS per ton pada Desember 2020. Kenaikan harga acuan ini seiring pemulihan permintaan batu bara di pasar global.

Diketahui, harga rata-rata batu bara acuan sepanjang tahun lalu merupakan yang terendah dalam empat tahun terakhir dengan berada pada level 58,17 dolar per ton.

“Efisiensi merupakan salah satu strategi perusahaan untuk menjaga dan mencatatkan kinerja positif di tengah volatilitas harga dan berkurangnya permintaan pasokan batu bara,” kata Apollonius Andwie.

Lihat juga...