Pandemi, Petani di Sikka Keluhkan Harga Jual Kelapa
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
Sementara itu, Tarsisius Poli Tukan, warga Desa Nebe lainnya yang biasa menjual kopra mengaku, masih menumpuknya kelapa di depan rumahnya karena harga jual kopra rendah.
“Harga kopra masih rendah sehingga saya belum menjualnya. Biaya panjat dan kupas kelapa tidak sebanding dengan harga jual kopra sehingga petani mengalami kerugian,” ungkapnya.
Poli sapaannya menyebutkan, saat musim hujan sulit membuat kopra sebab harus menunggu terik matahari untuk menjemur kopra agar cepat kering.
Bila mengandalkan pengasapan kata dia, selain butuh waktu dan biaya tambahan, prosesnya pun lebih lama dan butuh tenaga ekstra untuk menjaga agar kopra tidak hangus terbakar.
“Banyak kelapa kering di kebun-kebun yang dibiarkan berserakan di bawah pohon. Petani juga masih sibuk urus kebun jagung dan padi yang sudah hampir memasuki masa panen,” ungkapnya.
Poli berharap agar pandemi Corona segera berakhir dan harga jual kopra bisa lebih tinggi, agar petani bisa mendapatkan penghasilan yang lumayan.