Pedagang di Jember Menjerit karena Sepi Pembeli
Editor: Makmun Hidayat
“Setiap harinya saya jualan mainan di pasar tradisional yang berada di wilayah Mumbulsari. Mengadu nasib mencari peruntungan, setiap hari minggu dari jam 5 subuh saya buka tempat berjualan di alun-alun sampai jam 11 siang,” ucapnya.
Setiap harinya, lanjutnya, belum tahu bakalan ada pembeli atau sepi pembeli. Sesekali kadang-kadang mainan yang laku sekitar 2 mainan saja, jika ditotal jumlahnya sekitar Rp80.000 dari harga mainan yang terjual.
Salah satu pedangan peci, Hofiah mengatakan, usaha dagangannya nyaris minim sekali ada pembeli yang datang. Setiap hari usaha dagangannya hampir jarang ada yang membeli.
“Selama ada corona jarang sekali ada pembeli yang datang membeli peci. Dampaknya terasa sekali dapat diketahui saat masa bulan Ramadan tiba. Ramadan tahun lalu pembeli yang datang hanya beberapa saja, pendapatan yang diperoleh per hari sekitar Rp100.000. Sedangkan bulan Ramadan sebelum corona, setiap hari pendapatan dari hasil jualan peci bisa sampai Rp500 .000,” ucapnya.
Pandemi membuat orang takut untuk berkegiatan di luar rumah, juga membuat khawatir membeli barang-barang yang akan digunakan. Mabrur, salah satu warga menyatakan, dirinya kadang kala khawatir saat berkeinginan membeli barang seperti baju, tas, sepatu dan lain-lain. Karena dirasa takut terpapar Covid-19.
“Membeli barang seperti baju, tas sepatu, dan lainnya, saya masih belum bisa berani. Khawatir terpapar Covid-19 yang nempel di benda-benda yang diakibatkan oleh banyak faktor, seperti sentuhan orang, atau yang menempel dengan sendirinya,” ucapnya beralasan.