Pengamat Pendidikan: Indonesia Masuk dalam Literasi Baca Rendah
Editor: Makmun Hidayat
JAKARTA — Pengamat pendidikan Budi Bakti School of Management, Aza El Munadiyan, mengatakan akibat minimnya akses terhadap buku bacaan berdampak pada minat baca anak-anak Indonesia yang rendah.
Terkait upaya meningkatkan akses dan minat baca anak-anak, pihaknya mendorong pemerintah untuk menghadirkan pojok baca di sekolah-sekolah dengan pengoptimalkan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS).
Sehingga diharapkan akan tercipta kolerasi yang kuat dalam upaya membangkitkan budaya membaca masyarakat, khususnya anak-anak.
“Literasi baca masih memprihatinkan, harusnya ada kolerasi antara akses terhadap buku dan budaya membaca di Indonesia. Pemerintah harus lakukan revolusi kegiatan pembelajaran, sehingga kualitas literasi anak bisa meningkat,” ujar Aza, Kepada Cendana News saat dihubungi (25/3/2021).
Untuk meningkatkan akses dan minat baca anak-anak menurutnya, bisa dengan memanfaatkan teknologi informasi (IT). Yakni bisa dengan memanfaatkan internet untuk melakukan penetrasi peningkatan akses dan budaya baca.
“Pemerintah harus bisa menghasilkan bahan bacaan berkualitas dengan memanfaatkan teknologi,” ujarnya.
Apalagi menurutnya, akses buku yang didapat siswa di sekolah saat ini sangat rendah. Hal ini akibat rendahnya jumlah ketersediaan dan kualitas buku bacaan di perpustakaan sekolah.
Padahal tercatat, jumlah sekolah dasar di Indonesia mencapai 148.673. Yakni jelas dia, dimana 98.332, sekolah tersebut memiliki perpustakaan. Sedangkan sebanyak 34 persen atau 50.341 sekolah yang tidak memiliki perpustakaan.