Petani di Sikka Harus Pandai Mengatur Waktu Tanam

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

MAUMERE – Harga jual produk hortikultura termasuk tomat yang sempat turun menjadi Rp5 ribu per kilogram di tingkat petani di Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT) mulai mengalami kenaikan di bulan Februari 2021.

“Saat ini harga jual tomat di tingkat petani mencapai Rp8 ribu hingga Rp9 ribu per kilogramnya dari sebelumnya yang hanya Rp5 ribu per kilogram,” kata Erik Padji, petani hortikultura Desa Ladogahar, Kecamatan Nita, Kabupaten Sikka, NTT saat dihubungi, Senin (8/3/2021).

Erik menyebutkan, harga ini menyebabkan petani mengalami keuntungan yang lumayan sebab dengan harga jual Rp5 ribu per kilogram saja petani sudah meraup untung meski tidak seberapa.

Ia katakan, para pengepul membeli dari petani dan menjualnya kembali seharga Rp12 ribu bahkan hingga Rp15 ribu per kilogramnya saat stok tomat di pasar menipis.

“Menjadi petani hortikultura bisa mendapatkan untung lumayan besar namun volume produksi harus dalam jumlah besar. Petani minimal menanam dengan jumlah 2 ribu pohon,” pesannya.

Erik mengakui, semakin banyak populasi yang ditanam maka keuntungan yang diperoleh semakin besar, dan meskipun harga jual merosot namun keuntungannya pun tetap lumayan.

Dia menyebutkan, petani perlu kreatif mengatur waktu dan pola tanam agar saat satu hamparan selesai panen, hamparan lainnya pun sudah mau memasuki masa panen.

“Dengan mengatur waktu tanam maka produksi tetap tersedia, namun memang membutuhkan tenaga kerja lebih banyak. Karena panen tetap berlangsung. Petani pun harus mengolah lahan lainnya agar bisa ditanami lagi,” ucapnya.

Sementara itu, Yance Maring berharap, agar para petani hortikultura di Kabupaten Sikka bisa kompak mengatur jenis hortikultura yang ditanam setiap petani, agar produksi tidak membanjiri pasar.

Lihat juga...