Sampai 14 Maret, di Agam Sudah ada Enam Konflik Manusia dengan Satwa Liar

Tim BKSDA Sumbar sedang melakukan penanganan konflik di Cubadak Lilin, Kecamatan Matur – Foto Ant

LUBUKBASUNG – Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Barat (Sumbar), melalui Resor Agam mencatat, sudah ada enam kasus konflik antara manusia dengan satwa liar terjadi di daerah itu. Jumlah tersebut adalah akumulasi kasus selama Januari sampai 14 Maret 2021.

“Enam konflik itu antara manusia dengan harimau sumatera, buaya muara, beruang madu dan lainnya,” kata Kepala Resor Konservasi Sumber Daya Alam Agam, Ade Putra, di Lubukbasung, Minggu (14/3/2021).

Konflik buaya terjadi di Muaro Putih, Kecamatan Tanjungmutiara, konflik harimau sumatera di Cubadak Lilik, Kecamatan Matur. Sedangkan konflik beruang madu terjadi di Kelok 43, Kecamatan Matur.

Sementara konflik lainnya mengakibatkan ternak warga berupa kambing dan kerbau dimangsa satwa di lindungi Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.

Selain itu, satu orang tercatat meninggal dunia, setelah diserang buaya muara di Sungai Batang Masang, Muaro Putih, Kecamatan Tanjungmutiara, Kamis (11/2/2021) lalu. “Nasrial (50) dimangsa buaya muara saat mencari rumput untuk ternaknya di pinggir sungai itu,” ungkapnya.

Pada 2020, jumlah kasus konflik antara manusia dengan satwa liar mencapai 10 kasus, dan di 2019 sebanyak 11 kasus. Pihaknya mengimbau, warga tidak menggembalakan ternak di pingir hutan rawan konflik. Kemudian mengandangkan ternak, tidak melakukan aktivitas di sungai dan daerah lain yang rawan konflik. Imbauan itu telah disampaikan melalui wali nagari, wali jorong, bhabinkamtibmas dan lembaga lainnya. (Ant)

Lihat juga...