Tauhid dan Dinamika Peradaban Dunia
OLEH: HASANUDDIN
TIDAK ada hal baru, semua nampak sama saja. Yang hidup menemui kematian; yang tersusun pasti dapat terurai; yang nampak besar tersusun dari yang kecil; adanya yang benar karena adanya yang salah, ada yang stabil dan ada yang fluktuatif, dan seterusnya, dari dulu hingga saat ini dan kedepannya, demikianlah adanya. Sama saja, tidak ada yang berubah.
Apa yang terjadi dewasa ini, telah terjadi di masa lampau, yang terjadi di masa depan, telah terjadi di masa kini. Surga dan neraka merupakan pemandangan keseharian dalam kehidupan. Rasa senang, susah, sedih, gembira yang silih berganti kita rasakan, juga telah dirasakan orang-orang terdahulu, dan demikian pula orang-orang di kemudian hari.
Di masa lampau ada penguasa tiran, pemimpinnya dipuja atau dihinakan, sama saja dengan dewasa ini, dan di masa depan pun demikian saja adanya. Ada tsunami (air bah) dalam berbagai tradisi peradaban kuno; demikian halnya dewasa ini, tsunami dapat terjadi di berbagai belahan pantai di dunia. Ada masa dimana suatu pemerintahan dipimpin oleh orang yang bijaksana, sebaliknya pun demikian.
Matahari yang dulu menyinari peradaban kuno, itu juga yang kita saksikan hari ini. Demikian halnya dengan bulan, planet-planet lainnya sama saja. Tidak ada yang berubah.
Cara pandang manusia berbeda-beda dalam memahami sesuatu, itu bukan hal baru, telah terjadi perbedaan-perbedaan cara pandang sejak dahulu kala, kita tidak tahu sejak kapan mulainya. Dan perbedaan-perbedaan cara pandang ini akan terus terjadi hingga akhir kehidupan manusia.
Lalu, tidakkah muncul kesadaran sedikit pun bahwa semuanya terjadi dalam keteraturan? Jika pun menurut Anda ada yang tidak teratur, itu soal cara pandang saja. Keteraturan, keseimbangan, dan atau sebaliknya semua hanya hasil produk dari persepsi indrawi manusia saja. Dan persepsi yang benar, adalah segalanya dalam keteraturan dan keseimbangan. Keteraturan dan keseimbangan semesta adalah fakta bahwa ia merupakan hasil karya cipta.