Cerita Pendek Tiga Paragraf, Alternatif Media Pembelajaran yang Menarik

Editor: Koko Triarko

SEMARANG – Cerita pendek tiga paragraf atau pentigraf, menjadi medium populer untuk menyampaikan pesan dan nilai-nilai moral. Apalagi, jika digabungkan dengan fabel atau dongeng binatang. Kombinasi ini dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran bagi siswa.

“Dunia anak adalah dunia imajinasi. Anak memiliki dunia sendiri dan tak jarang mereka berbicara dengan teman khayalannya. Dengan daya imajinasi yang masih sangat bagus ini, sisipan pendidikan budi pekerti lewat cerita dongeng pun bisa disampaikan dengan cara yang menyenangkan dan mudah dipahami,” papar dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas PGRI Semarang (UPGRIS), Muhajir Arrosyid, saat dihubungi di Semarang, Kamis (29/4/2021).

Dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas PGRI Semarang (UPGRIS), Muhajir Arrosyid, saat dihubungi di Semarang, Kamis (29/4/2021). –Foto: Arixc Ardana

Ia menjelaskan, bentuk cerita yang disampaikan bisa disesuaikan dengan keperluan, membuat ia mudah untuk dimanfaatkan sebagai media pendidikan yang ringkas, namun tak membosankan.

“Salah satunya dengan menerapkan metode pentigraf atau cerita pendek tiga paragraf. Penggabungan dari keduanya mampu menghasilkan media pembelajaran yang mudah, ringkas dan tidak bertele-tele, sehingga mudah dipahami siswa,” terangnya.

Dijelaskan, metode pembelajaran ini belum banyak dimanfaatkan dalam pengajaran. Untuk itu, Muhajir mengajukan cerpen tiga paragraf sebagai salah satu karya sastra yang memudahkan bagi guru sekaligus murid.

“Untuk menuliskannya, para guru harus mempersiapkan cerita yang mengemban satu gagasan. Dan, gagasan ini sudah harus ada sebelum cerpen ini ditulis sehingga tidak bertele-tele,” imbuhnya.

Lihat juga...