Gubes UM Kaji Rekayasa Interface Komposit Berbahan Serat Alam 

Editor: Koko Triarko

Prof. Dr. H. Heru Suryanto, ST., MT., membacakan pidato pengukuhan guru besar di gedung Graha Cakrawala UM, Kamis (8/4/2021). – Screenshot/Agus Nurchaliq

MALANG – Mega diversitas  kekayaan alam Indonesia merupakan ke tiga terbesar di dunia. Dari lima juta jenis keanekaragaman hayati di dunia, 15 persen di antaranya berada di Indonesia. Sayangnya, tidak sampai 5 persen yang telah termanfaatkan.

Dilatarbelakangi hal tersebut, guru besar Universitas Negeri Malang (UM), Prof. Dr. H. Heru Suryanto, ST., MT., melakukan kajian terkait rekayasa interface sebagai faktor kunci keberhasilan manufaktur komposit polimer serat alam.

Disampaikan Prof. Heru, khusus untuk tanaman serat, perlu diupayakan mengembangkan aplikasinya menjadi material komposit dan nanokomposit, agar memiliki nilai tambah yang bermanfaat untuk petani pembudidaya tanaman serat.

“Jenis-jenis tanaman serat yang berpotensi sebagai komoditas industri di antaranya adalah serat rami, jute, pelepah pisang, daun nanas, kapok, ampas tebu, sabut kelapa, batang padi, linen, dan mendong.  Bahan-bahan ini dapat  diaplikasikan menjadi “new green composite material” yang sangat sesuai dengan pergeseran paradigma baru bidang manufaktur,” ujarnya, dalam pidato pengukuhannya di gedung Graha Cakrawala UM, Kamis (8/4/2021).

Menurutnya, keunggulan yang ditawarkan dari serat alam dibandingkan serat sintetis, yakni dari sisi ekonomis harganya murah, densitas rendah, mudah lepas, bersifat bahan terbarukan dan terbiodegradasi, serta tidak berbahaya bagi kesehatan.

“Untuk meningkatkan kualitas komposit serat alam, dapat dilakukan rekayasa interface pada serat maupun pada matriksnya. Teknologi rekayasa pada permukaan serat dapat dilakukan dengan beberapa cara, melalui perlakuan kimia, perlakuan fisik, proses biologis, dan menggunakan teknologi  nanomaterial untuk deposisi dan fungsionalisasi permukaan serat,” terangnya.

Lihat juga...