Perayaan Kamis Putih di Teluk Betung Tanpa Pembasuhan Kaki
Editor: Makmun Hidayat
LAMPUNG — Tri Hari Suci Paskah dalam pekan suci umat Katolik digelar dengan sederhana. Ekaristi Kamis Putih sebagai peringatan mengenang perjamuan terakhir Yesus Kristus tetap dirayakan ratusan Katolik umat Paroki Ratu Damai, Teluk Betung, Bandar Lampung. RD Yulianus Bambang Condro Saptono menyebut Kamis Putih dimaknai sebagai simbol pelayanan.
Menjadi teladan sebagai pelayan sebut RD Yulianus Bambang sebagai romo pemimpin ekaristi kamis Putih kerap disimbolkan dengan pembasuhan kaki. Namun pandemi Covid-19 sebutnya membuat prosesi pembasuhan kaki 12 rasul ditiadakan. Tradisi pembasuhan kaki sebutnya jadi bakti dan penyerahan Yesus Kristus sebelum sengsara, wafat dan kebangkitannya.
Malam Kamis Putih sebut romo Yulianus jadi warisan tradisi Kristiani dalam wujud Ekaristi. Sesaat setelah melakukan pembasuhan kaki para murid, ia memecah roti, membagikan anggur sesuai tradisi Paskah Yahudi. Peristiwa Kamis Putih jadi kenangan akan pelayanan sebelum ia menyelesaikan tugas penebusan di dunia. Keteladanan membasuh kaki jadi makna akan penyerahan diri seutuhnya bagi manusia.
“Tanpa mengurangi makna Kamis Putih dengan tiadanya pembasuhan kaki dua belas rasul gereja tetap mengajarkan agar meneladani Yesus Kristus yang rela merendahkan diri bagi para murid yang diwariskan hingga kini dan masih relevan pada kehidupan modern,” terang RD Yulianus Bambang Condro Saptono, Kamis malam (1/4/2021).
Pelayanan tanpa pamrih sebut Romo Yulianus saat ini bisa jadi keutamaan. Keteladanan dalam melayani sesama bisa dilakukan saat pandemi Covid-19 agar lebih peduli pada sesama. Perjamuan terakhir yang menjadi awal sebelum Yesus ditangkap, diadili, dihukum dengan kayu salib dimaknai sebagai semangat berkorban. Pengorbanan itu berupa sifat, sikap mementingkan diri dan bisa melayani kepentingan orang lain.