Perayaan Kamis Putih di Teluk Betung Tanpa Pembasuhan Kaki

Editor: Makmun Hidayat

Memaknai Malam Kamis Putih, tradisi saat malam mengenang perpisahan para murid dan Yesus digelar dengan khidmat. Tanpa adanya paduan suara, Doa Syukur Agung saat pemecahan roti dengan memakai bel kayu. Dalam tradisi Kamis Putih umat juga mengikuti prosesi pentahtaan sakramen maha kudus. Pentahtaan sakramen maha kudus atau adorasi dimaknai sebagai malam berjaga bersama Yesus.

“Umat bisa berdoa pada sakramen Maha Kudus yang ditahtakan pada monstrans sebagai adorasi untuk berjaga,” terang RD Yulianus.

Perayaan ekaristi Kamis Putih diakhiri tanpa berkat dan pengutusan dari romo. Adorasi atau pentahtaan sakramen maha kudus dilakukan oleh umat yang ingin tetap berdoa di gereja. Normalnya saat sebelum pandemi adorasi akan dilakukan oleh umat secara bergiliran. Adorasi atau malam tuguran saat malam Kamis Putih ditiadakan diganti adorasi pada sejumlah komunitas biara.

Awang, ketua lingkungan Santo Yakobus bilang perayaan Kamis Putih digelar dengan khidmat. Selama masa pandemi Covid-19 ia menyebut umat yang mengikuti perayaan Tri Hari Suci Paskah dengan sistem terjadwal. Mengantisipasi umat membludak di gereja Ratu Damai dilakukan sistem jadwal. Bagi sejumlah umat telah disiapkan jadwal dengan sistem absensi.

“Perayaan Tri Hari Suci telah dijadwalkan saat Kamis Putih tidak ada pembasuhan kaki dan selanjutnya Jumat Agung, Sabtu Suci diikuti umat dengan pembatasan,” cetusnya.

Mengantisipasi keamanan perayaan Tri Hari Suci Paskah pengurus paroki bekerja sama dengan TNI, Polri dan petugas keamanan gereja. Saat perayaan gerbang gereja bagian depan sebutnya tidak dibuka untuk kendaraan. Sistem absensi dan penjagaan di depan gereja, area parkir dilakukan untuk memastikan umat yang masuk gereja sudah terdaftar.

Lihat juga...