Petani di Cikancung Andalkan Pupuk Organik
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
BANDUNG – Meski sudah tersedia berbagai jenis pupuk kimia, namun Syahdan (53), petani asal Cikancung, Kabupaten Bandung, Jawa Barat mengaku tetap memilih menggunakan pupuk organik berbahan dasar kotoran sapi untuk bercocok tanam.
Alasannya sederhana, dengan menggunakan pupuk organik, kualitas tanah tetap subur meski ditanami dalam waktu yang panjang, dan tanah itu pun ikut terehabilitasi.
“Pupuk organik ini menyediakan hara tanaman dan memperbaiki struktur tanah, baik memperbaiki drainase maupun pori-pori tanah,” kata Syahdan saat ditemui di ladangnya, di Kampung Cipulus, Desa Mandalasari, Cikancung, Senin (26/4/2021).
Di samping itu, Syahdan menyebut, pupuk organik cocok digunakan untuk berbagai jenis tanaman, baik itu buah-buahan, sayuran, maupun padi. Bahkan, Syahdan mengatakan, hasil panen yang didapatkan bisa lebih baik dari tanaman yang menggunakan pupuk kimia.
“Ini sudah saya uji sendiri waktu menanam padi. Dari ladang 100 tumbak (1 tumbak 14 meter) bisa dapat 1 ton beras. Kalau pakai pupuk kimia tidak sampai segitu. Kenapa bisa begitu, karena kandungan protein pupuk organik itu lebih besar,” tandasnya.
Di samping itu, harga pupuk organik juga terbilang sangat murah, di wilayah Cikancung, harga jual per karung hanya Rp10.000. Meski demikian, Syahdan mengakui, kesulitan utama menggunakan pupuk organik adalah tidak tentu ukurannya.
“Kalau pupuk kimia kan jelas, untuk ukuran tanaman seluas satu hektare berapa kebutuhan pupuknya, tapi kalau pupuk organik nggak bisa diukur seperti itu, kita harus pantau terus kesehatan tanaman untuk mengetahui kebutuhan pupuknya,” tukas Syahdan.