Petani di Lamsel Keluhkan Harga Pembelian Gabah, Rendah

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

LAMPUNG – Sejumlah petani di Lampung Selatan (Lamsel) keluhkan harga pembelian gabah kering panen (GKP) yang rendah.

Suyatinah, petani di Desa Pasuruan, Kecamatan Penengahan bilang rendahnya GKP dibanding masa tanam sebelumnya. Selisih harga jual sebutnya mencapai Rp600 per kilogram berimbas kerugian bagi petani mengakibatkan operasional tinggi.

Selisih harga yang anjlok sebut Suyatinah cukup terlihat. Sebab tahun sebelumnya ia menjual GKP seharga Rp4.300 per kilogram.

Sementara saat panen catur wulan pertama tahun ini GKP pada level petani hanya Rp3.700 per kilogram. Meski tingkat penurunan hanya Rp600 per kilogram dalam satu ton ia kehilangan Rp600.000. Penurunan harga gabah tidak sebanding biaya operasional.

Biaya operasional sebut Suyatinah meliputi olah lahan, buruh tanam, pupuk, obat dan pasca panen. Antisipasi kerugian anjloknya harga gabah petani memilih menyimpan gabah kering giling (GKG).

Ia memilih menjual komoditas pertanian pokok itu dalam bentuk beras giling. Mendapatkan sebanyak 800 kilogram usai penyusutan, beras bernilai jual Rp8.500 ia bisa mendapat Rp6,8 juta.

“Meski lebih repot harus menjemur gabah hasil panen namun hasil yang diperoleh bisa lebih tinggi jika dijual dalam bentuk beras, sebagian disimpan untuk kebutuhan stok hingga panen masa tanam tahap berikutnya,” terang Suyatinah saat ditemui Cendana News, Senin (26/4/2021).

Suyatinah bilang rendahnya harga gabah telah diperhitungkan petani. Sebab sesuai kalkulasi harga jual gabah memiliki selisih tipis dengan pupuk.

Ia membandingkan harga per kuintal pupuk Urea, NPK mencapai Rp3.500. Sementara dengan harga GKP pada level petani hanya mencapai Rp3.700, maka per kilogram petani hanya mendapat Rp200.

Lihat juga...