Produksi Tomat Petani di Sikka Turun Drastis
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
MAUMERE – Para petani hortikultura di Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT), mengalami kerugian besar akibat produksi tomat mengalami penurunan hingga 50 persen saat musim panen di bulan April 2021.
“Produksi tomat saya mengalami penurunan hingga 50 persen akibat tingginya curah hujan sehingga pendapatan berkurang,” ujar Yance Maring, petani hortikultura di Kelurahan Wailiti, Kecamatan Alok Barat, Kabupaten Sikka, NTT saat ditemui di kebunnya, Senin (26/4/2021).

Yance menjelaskan, dirinya menanam tomat sejak bulan Februari 2021 dan memasuki masa panen di bulan April 2021 namun akibat tingginya curah hujan mengakibatkan produksi tomat menurun drastis.
Dia katakan, akibat curah hujan tinggi mengakibatkan pohon tomat di kebunnya hampir semua daunnya mengering dan buah tomat berukuran lebih kecil dari biasanya.
“Hampir semua tanaman tomat produksinya menurun. Akibatnya saat ini harga tomat di pasar induk Pasar Alok Maumere harganya berkisar antara Rp10 ribu hingga Rp11 ribu per kilogramnya,” ungkapnya.
Hal senada juga disampaikan Erik Padji, petani hortikultura lainnya di Desa Ladogahar, Kecamatan Nita yang juga mengalami kerugian akibat menurunnya produksi tomat.
Erik menyebutkan, intensitas curah hujan yang tinggi diperparah dengan adanya badai siklon tropis Seroja mengakibatkan tanaman tomat terserang jamur dan daunnya mengalami kekeringan.
“Produksi tomat menurun selain karena produksinya menurun, buah tomat pun ukurannya lebih kecil. Kami mengalami penurunan pendapatan hingga mencapai 50 persen dari biasanya,” ujarnya.