Sabtu Siang Sumenep Dilanda Angin Puting Beliung
Menurut Abd Rahman Riadi, angin puting beliung sering terjadi pada siang hari atau sore hari pada musim pancaroba. Angin ini dapat menghancurkan apa saja yang diterjangnya, karena benda yang dilewati pusarannya akan terangkat dan terlempar.
Karakter lain yang juga bisa dipahami, angin yang melanda dua desa di Kecamatan Kalianget, Sumenep tersebut, terjadi secara tiba-tiba pada area skala sangat lokal. Pusaran angin mirip belalai gajah atau selang vacum cleaner, sering terjadi pada siang hari dan lokasinya di daerah dataran rendah.
Desa Pinggir Papas dan Desa Karanganyar menurutnya, terletak di dataran rendah. “Dan, biasanya setiap perubahan musim, dari penghujan ke kemarau atau sebaliknya, dari musim kemarau penghujan ke penghujan. Nah, sekarang ini kan mau pergantian musim, dari penghujan ke kemarau,” jelasnya.
Oleh karenanya Rahman meminta, masyarakat lebih berhati-hati, meningkatkan kewaspadaan. Sehingga bila terjadi lagi, bisa mengantisipasi untuk menekan terjadinya kerugian yang lebih banyak. Gejala awal yang bisa dikenali apabila hendak terjadi bencana angin puting beliung di antaranya, udara terasa panas dan gerah (sumuk), lalu di langit tampak ada pertumbuhan awan Cumulus (awan putih bergerombol yang berlapis-lapis).
Dan diantara awan tersebut, ada satu jenis awan mempunyai batas tepi sangat jelas bewarna abu-abu menjulang tinggi, yang secara visual seperti bunga kol. Berikutnya, awan secara tiba-tiba berubah warna dari berwarna putih menjadi berwarna hitam pekat (awan Cumulonimbus).
“Selain itu, ranting pohon dan daun bergoyang cepat karena tertiup angin disertai angin kencang sudah menjelang. Dan durasi fase pembentukan awan, hingga fase awan punah berlangsung paling lama sekitar 1 jam, karena itulah, masyarakat agar tetap waspada selama periode ini,” jelasnya.