Segalanya Ditentukan Bagaimana Berniatnya

Dengan demikian, niat adalah suatu perbuatan yang berdiri sendiri. Sehingga menjadi benarlah untuk mengajukan pertanyaan bagaimana suatu niat dikerjakan?

Allah swt berfirman dalam surah Al-Hadid ayat 1-3.

سَبَّحَ لِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ (1) لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ يُحْيِي وَيُمِيتُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (2) هُوَ الأوَّلُ وَالآخِرُ وَالظَّاهِرُ وَالْبَاطِنُ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ (3)

Semua yang berada di langit dan bumi bertasbih kepada Allah (menyatakan kebesaran Allah). Dan Dialah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. Kepunyaan-Nyalah kerajaan langit dan bumi, Dia menghidupkan dan mematikan, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Dialah Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Zahir dan Yang Batin; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.

Jika kesadaran seperti yang terdapat di dalam ayat ini, telah menjadi keyakinan seorang hamba, maka segala perbuatannya, termasuk ‘niat’ (yang dipahaminya sebagai satu bentuk perbuatan), akan disandarkannya kepada Allah. Karena bagaimanapun, awal dan akhir dari segala amal perbuatan, merupakan otoritas Allah swt.

Seseorang yang terilhami untuk berniat melakukan sesuatu, sesungguhnya tiada lain, karena adanya petunjuk, berupa bisikan hati yang diperoleh dari Allah untuk melakukan sesuatu. Maka, niat hakikatnya adalah perbuatan-Nya. Sehingga, niat mestilah disandarkan hanya kepada-Nya, dan dimulai dengan Nama-Nya. Sebagaimana firman-Nya, agar memulai sesuatu dengan Nama-Nya. Selanjutnya, disadari bahwa akhir, atau pencapaian dari sesuatu yang akan dilaksanakan juga, tiada lain adalah otoritasnya.

Lihat juga...