Segalanya Ditentukan Bagaimana Berniatnya

Sukses, atau tidaknya suatu pekerjaan, membuahkan apa yang dimaksudkan pada saat berniat, sepenuhnya berada dalam kuasa Allah swt. Maka niat sebagai awal memulai sesuatu, dan hasil yang dimaksudkan atas sesuatu yang akan dikerjakan, seluruhnya mestilah dikembalikan kepada Allah swt. Karena adanya terbetik dalam hati, untuk melaksanakan sesuatu, tiada lain karena petunjuk-Nya.

Jika, kesadaran demikian itu, telah kuat diyakini, maka tentu seseorang pun, akan menyadari bahwa dalam pelaksanaan niat tadi, tentu hanya dapat terlaksana dengan baik atas bimbingan-Nya. Karena “ide” dasar munculnya gagasan, hadirnya pemahaman dalam hati, sehingga memunculkan niat, tiada lain seluruhnya dalam pengetahuan-Nya.

Karena itu, tidak ada cara lain, dalam mewujudkan niat, adalah senantiasa berharap  akan bimbingan-Nya, dan senantiasa merasa cemas, jika Allah tidak menyertai. Maka demikianlah seorang hamba dalam berniat melakukan sesuatu, menyadari benar bahwa apa yang akan dikerjakannya berdasarkan petunjuk Allah, dan memohon hanya kepada-Nya segala pertolongan dalam mengerjakan apa yang diniatkan, serta bertawakal kepada Allah atas apapun hasil yang nanti akan dicapainya.

Oleh karena itu, kembali kepada sabda Nabi Muhammad saw di atas, seseorang yang memperoleh semacam ilham, atau bisikan dalam hati untuk melakukan sesuatu, hendaknya bersegera mengembalikan hal tersebut kepada Allah, sembari bermohon, jika sekiranya itu baik menurut Allah, agar dimudahkan, dan diberi bimbingan dalam pelaksanaannya, dan sekiranya itu buruk, agar Allah melindunginya dari segala musibah. Kesadaran seperti ini muncul dari makna innalillahi waa inna ilaihi rodjiuun. Suatu kesadaran bahwa segala sesuatunya mestilah datangnya dari Allah, serta akan kembali kepada-Nya.

Lihat juga...