Tata Kelola IPAL Pertambakan Berkelanjutan Cegah Pencemaran Lingkungan

Editor: Makmun Hidayat

Budidaya ikan dan udang berkelanjutan selain IPAL memadai dikombinasikan dengan pelestarian mangrove. Silvofishery atau kehutanan dikombinasikan dengan perikanan menghasilkan lingkungan lestari. Keberadaan sebanyak 60 hektare lahan mangrove jadi peredam air laut dan menjaga bencana abrasi.

“Jangka pendek petambak bisa mendapatkan air bersih dan jangka panjang melestarikan vegetasi mangrove,”tegasnya.

Keberadaan IPAL pertambakan sebutnya tidak hanya sebatas di area budidaya. Pada bagian hilir berupa pelaku usaha penampungan udang diperlukan IPAL memadai. Karyanto, pemilik usaha jual beli udang vaname mengaku penyortiran udang kerap menyisakan air limbah. Saat limbah dibuang ke selokan aroma busuk berpotensi terjadi. Sisa cangkang, udang tak layak jual kerap jadi pencemar air.

“Sebagian limbah cangkang dan udang tak layak jual bisa dikeringkan untuk campuran pakan ikan, airnya dibuang ke septic tank,”bebernya.

Kapasitas ratusan kubik IPAL pada usaha pengepulan udang menghindari pencemaran air. Ia menyebut pengelolaan air dilakukan dengan metode septic tank. Penyaringan air dilakukan agar saat dibuang ke sungai dalam kondisi bersih. Air endapan akan disedot seperti pada septic tank WC agar tidak mencemari air dalam.

Subakir, salah satu pekerja angkut udang mengaku potensi pencemaran budidaya udang tinggi. Saat pemanenan residu pakan, lumpur menimbulkan aroma tidak sedap. Namun pengelolaan IPAL yang baik akan menjaga kondisi air pada sejumlah kanal. Kanal yang tercemar kerap berimbas terbawa ke muara dan laut. Penyuluhan pertambakan berkelanjutan mendorong petambak tidak membuang limbah ke laut.

Lihat juga...