Tradisi Kupatan, Ungkapan Syukur Sambut Ramadan

Redaktur: Muhsin Efri Yanto

LAMPUNG — Sejumlah tradisi umat Muslim jelang bulan suci Ramadan masih dipertahankan warga Bandarlampung. Tradisi kupatan salah satunya, yang dilakukan setelah kegiatan pembersihan makam, rumah dan belangiran (mandi di sungai).

Lukman, salah satu warga Kelurahan Sumberrejo, Kecamatan Kemiling menyebut membuat ketupat disebut kupatan. Rangkaian tradisi dilakukan sebagai akhir dari acara kegiatan ziarah makam keluarga, pembersihan rumah dan mengecat. Setelah itu beberapa warga akan melakukan ngelop, belangiran atau mandi di sungai, pantai tanda pembersihan diri.

“Usai rangkaian tradisi pembersihan diri dua hari hingga satu hari sebelum dimulainya awal Ramadan, warga memilih membuat ketupat untuk digunakan makanan lengkap dengan opor ayam, rendang sapi bersama kerabat dan anggota keluarga,” terang Lukman saat ditemui Cendana News, Minggu (11/4/2021).

Lukman bilang makna tradisi kupatan memiliki nilai sosial dan juga religius. Dalam proses pembuatan kulit ketupat ia akan mengajak serta warga lain dalam merangkai janur. Setelah terbentuk kulit ketupat sejumlah wanita akan memiliki tugas mengisi kulit ketupat dengan beras. Setelah diisi dengan beras dan direbus ketupat bisa dibagikan kepada kerabat dan tetangga.

Nilai kebersamaan dalam pembuatan hingga pemberian ketupat masih dipertahankan. Secara religius ia menyebut membuat ketupat menjadi kesiapan warga menyambut ramadan. Setelah didoakan, ketupat akan dibagikan kepada kerabat serta digunakan untuk makan bersama. Ketupat yang telah dibuat sebagian masih bisa digunakan untuk hidangan berbuka dan sahur.

“Ketupat menghasilkan nasi bertekstur lembut dengan perebusan kerap melibatkan sejumlah wanita secara gotong royong,” ulasnya.

Lihat juga...