Warga Denpasar Rayakan Tradisi Mecandu

DENPASAR – Warga di Banjar Dualang, Desa Peguyangan Kaja, Kota Denpasar, Provinsi Bali, mengelilingi lingkungan banjar sekitar pukul 04.00 Wita pada hari Umanis Galungan untuk melaksanakan Tradisi Mecandu di banjar setempat, Kamis.
Mereka mengelilingi lingkungan banjar sebanyak empat kali dengan membawa aneka benda yang bisa menghasilkan suara, yakni kaleng, gamelan maupun alat lain yang bersuara saat dipukul untuk membangunkan setiap warga yang belum terbangun.
Dalam perjalanan keliling lingkungan banjar peserta juga sambil bercanda serta saling ledek. Jika ada yang belum bangun, maka akan diteriaki “kiul” (nakal) agar mereka bangun.
“Tradisi Mecandu ini telah digelar secara turun-temurun setiap enam bulan sekali, tepatnya pada Umanis Galungan untuk merayakan hari kemenangan dharma (kebaikan) melawan adharma (kejahatan),” kata Kelian Banjar Dualang I Made Mertajiwa.
Setelah berkeliling banjar, para peserta kemudian menuju ke Tukad Rarangan untuk mandi dengan tujuan membersihkan diri. Biasanya, warga akan mulai datang ke Tukad Rarangan sekitar pukul 05.30 Wita.
Sebelum tradisi ini dilakukan, pada malam hari sebelumnya aliran air Tukad Rarangan terlebih dahulu dihambat (diempel) dengan menggunakan bambu yang diisi kampil.
Dahulu, alat yang digunakan untuk menghambat air adalah batang pisang, namun dikarenakan sulit mencari batang pisang, maka diganti dengan bambu.
“Peserta yang ikut dalam tradisi ini pun bebas, mulai dari anak-anak hingga dewasa,” katanya.
Dulu, mereka membawa canang, sebelum mandi mereka akan menghaturkan canang itu di hulu sungai dan di tempat mereka mandi. Kadang-kadang anak kecil yang baru pertama ke sungai akan terkejut, maka canang itu bermakna meminta izin.