Ciptakan Produk Olahan, Tingkatkan Nilai Jual Singkong

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

LAMPUNG – Singkong atau dikenal ubi kayu merupakan salah satu produk pertanian sumber karbohidrat.

Harga singkong yang kerap anjlok saat panen diakui Sulistiono, warga Desa Kalirejo, Kecamatan Palas, Lampung Selatan. Singkong jenis thailand, roti dijual mulai harga Rp900 hingga Rp1.000 per kilogram. Langkah menciptakan produk turunan jadi cara meningkatkan nilai jual.

Sulistiono menyebut dibantu sang istri mengolah singkong menjadi produk kuliner. Olahan jangka pendek yang bisa dikonsumsi berupa gethuk lindri, tapai.

Olahan singkong jenis tapai sebutnya dijual seharga Rp10.000 per kilogram. Olahan singkong menjadi beras tiwul dijual Rp15.000 per kilogram. Gethuk lindri yang kerap diminati sebagai menu berbuka puasa dijual Rp3.000 per potong.

Peningkatan harga jual dari produk turunan sebut Sulistiono jadi cara mendapat nilai ekonomi dari komoditas pertanian.

Alih-alih menjual dalam kondisi mentah yang hanya Rp1.000 per kilogram ia bisa meningkatkan pendapatan. Berbagai produk olahan singkong dengan perebusan lalu dikeringkan juga meningkatkan daya simpan. Penyimpanan singkong yang diawetkan menjadi cadangan bahan pangan.

“Saat ini kreativitas dalam membuat produk turunan hasil pertanian akan meningkatkan nilai jual bahkan menambah penghasilan dengan selisih harga mencapai belasan ribu, dibanding hanya dijual dalam kondisi mentah,” terang Sulistiono saat ditemui Cendana News, Senin (3/5/2021).

Sulistiono bilang saat Ramadan produk yang kerap dijual berupa tapai. Sehari ia bisa membawa sebanyak 50 kilogram tapai.

Proses pembuatan tapai dengan cara fermentasi tersebut semula hanya dijual 20 kilogram per hari. Tapai singkong yang dibuat dominan diminta oleh pedagang kuliner. Sebab tapai singkong kerap digunakan sebagai bahan minuman dan makanan.

Lihat juga...