Disperindag Jabar Antisipasi Kelangkaan Tahu dan Tempe

Editor: Makmun Hidayat

BANDUNG — Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disprindag) Jawa Barat terus berkoordinasi dengan sejumlah pihak mengantisipsi penghentian produksi tempe dan tahu oleh produsen akibat tingginya harga kedelai impor. Disprindag merekomendasikan kenaikan harga maksimal 30 persen.

“Sejak Januari 2021 lalu Disperindag bersama Satgas Pangan, Dinas Ketahan Pangan dan Peternakan, serta Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo) menggelar operasi pasar sesuai arahan Kementerian Perdagangan dan Badan Ketahan Pangan Kementerian Pertanian,” kata Kepala Bidang Perdagangan Dalam Negeri Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Barat, Eem Sujaemah, melalui rilis yang diterima Cendana News, Kamis (27/5/2021).

Eem Sujaemah, Kepala Bidang Perdagangan Dalam Negeri Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Barat, Kamis (27/5/2021). -Foto: M. Amin/HO-Humas Pemprov Jabar

Dikatakan berbagai upaya telah dilakukan untuk menahan tren kenaikan yang sudah terlihat sejak Desember 2020. Namun operasi pasar ternyata tidak menutupi kebutuhan yang terus meningkat, sementara pasokan kedelai impor semakin susut.

“Berdasarkan keterangan Kementerian Perdagangan importir lagi susah, Amerika sebagai importir lagi banyak permintaan. Kedelai di kita ada, tidak langka namun harganya mencapai Rp10.500 – Rp10.700 per kilogram,”katanya di Bandung.

Menurut Eem, kedelai berbeda dengan komoditas lain mengingat masih mengandalkan impor. Masalah ini tidak hanya terjadi di Jabar, melainkan terjadi di seluruh Indonesia.

Saat ini, lanjut dia, Disperindag masih menunggu arahan dan kebijakan teknis dari Kementerian Perdagangan dan Badan Ketahan Pangan Kementerian Pertanian terkait solusi agar kedelai  tidak langka.

Lihat juga...