Gempa Nias Bersumber di Zona ‘Outer Rise’ tak Boleh Diabaikan
JAKARTA – Gempa yang mengusik ketenangan warga sekitar Pulau Nias pada Jumat (14/5) pukul 13.33.09 WIB, dinyatakan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sebagai gempa dangkal di zona outer-rise, yaitu zona sumber gempa di luar zona subduksi (megathrust).
Kepala Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG, Dr. Daryono, S.Si, M.Si., menjelaskan gempa memiliki magnitudo update 6,7 dan episenter terletak di laut pada koordinat 0,2 LU dan 96,69 BT pada jarak 125 km arah barat-daya Lahomi, Nias Barat, pada kedalaman 10 km.
“Episenter gempa barat-daya Nias ini di peta tampak berada di luar zona subduksi. Inilah yang menjadi ciri sumber gempa outer rise. Gaya tektonik yang bekerja di zona ini bukan kompresional atau menekan, tapi gaya ektensional atau tarikan, karena merupakan zona bending atau regangan,” kata Daryono, saat dihubungi, Jumat (14/5/2021).
Ia menyatakan, hasil analisis BMKG menunjukkan gempa memiliki mekanisme sesar turun (normal fault), yang menguatkan bahwa gempa ini bersumber di zona deformasi akibat terbangunnya gaya tarikan atau regangan.
“Gempa yang bersumber di zona outer rise tidak boleh diabaikan, karena di Indonesia sudah dua kali terjadi tsunami akibat gempa yang bersumber di zona outer rise, yaitu tsunami destruktif di Sumbawa 1977 dan tsunami Jawa 1921,” ujarnya.
Sumber gempa outer rise ini, lanjutnya, pernah memicu tsunami Lunyuk, Sumbawa, pada 19 Agustus 1977.
“Saat itu gempa dahsyat magnitudo 8,3 yang oleh para ahli gempa populer disebut sebagai “The Great Sumba” telah memicu terbentuknya patahan dasar laut dengan mekanisme turun. Patahan dasar laut dengan mekanisme turun itu memicu terjadinya tsunami setinggi sekitar 8 meter, dan menewaskan lebih dari 300 orang,” urainya.