Ini Cara Kampung Pelangi Bertahan di Tengah Pembatasan Wisatawan

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

Imbasnya pun bisa ditebak, pemasukan dari wisatawan yang berkunjung turun drastis. Warga yang bisanya memanfaatkan kedatangan turis lokal atau mancanegara, dengan berjualan di sekitar rumah mereka, kini sepi.

“Setidaknya ada sekitar tiga ribu kepala keluarga (KK), penghuni Kampung Pelangi yang turut merasakan pahitnya dampak pandemi covid-19. Sektor pendukung pariwisata yang ada di sekitarnya juga ikut mati suri, misalnya dari parkir, kuliner, ataupun usaha lain yang selama ini bergantung pada kunjungan wisatawan,” lanjut pria, yang akrab dipanggil Ndan Slawi tersebut.

Kini di tengah sepinya wisatawan, warga sekitar kembali bergantung pada usaha pembuatan bunga kertas untuk karangan bunga, hingga bunga ronce untuk pemakaman.

“Jadi sekarang ini, mayoritas warga di sini hanya mengandalkan dari perajin bunga kertas dan bunga ronce. Ini yang memang dari awal ditekuni masyarakat di sini,” terangnya.

Pihaknya pun berharap pandemi bisa segera berakhir, sehingga geliat wisata di Kampung Pelangi kembali hidup.

“Meski Kampung Pelangi tidak ditutup karena ini perkampungan warga, namun kunjungan wisata menurun drastis,” ungkapnya.

Dirinya pun memastikan pengurus Pokdarwis selalu melakukan pengawasan terkait protokol kesehatan, termasuk kepada para wisatawan yang datang.

“Pengawasannya kami bekerjasama dengan warga, jadi jika wisatawan masuk ke kampung langsung disampaikan kepada kami para pengurus Pokdarwis. Jadi bisa dilakukan pengawasan protokol kesehatan, namun kalau hanya beberapa orang saja kami persilakan yang penting tidak menimbulkan kerumunan, dan tetap memakai masker,” pungkasnya.

Lihat juga...