Mantan Teroris: Medsos Sering Digunakan Untuk Sebar Paham Radikal

Editor: Koko Triarko

Mantan narapidana terorisme kasus Bom Bali I, Joko Tri Hermanto, akrab disapa Jack Harun, yang juga ketua Yayasan Gema Salam DIY Jateng .  -Foto: Jatmika H Kusmargana

YOGYAKARTA – Mantan narapidana terorisme kasus Bom Bali I, Joko Tri Hermanto, akrab disapa Jack Harun, mengingatkan generasi muda khususnya kaum milenial agar lebih berhati-hati dalam bergaul dan memilih teman, khususnya di media sosial. 

Pasalnya, hingga saat ini media sosial dinilai masih menjadi media yang paling banyak digunakan sejumlah kelompok tertentu untuk menyebarkan paham-paham radikal maupun terorisme. Termasuk untuk merekrut anggota baru menjadi bagian dari kelompok mereka.

“Mereka ini menguasai media sosial. Sehingga generasi muda harus hati-hati ketika bermain medsos. Cari serta pilih teman maupun guru yang tepat. Sebab, kebanyakan seseorang bisa terpapar itu awalnya karena salah pergaulan,” ujarnya di sela acara silaturahmi Yayasan Gema Salam bersama Polda DIY, Kamis (6/5/2021).

Menurut ketua Yayasan Gema Salam yang menaungi sejumlah mantan narapidana terorisme di DIY dan Jateng itu, di era sekarang ini memang agak sulit untuk mengetahui atau mendeteksi para anggota kelompok jaringan teroris. Pasalnya dari sisi pola kerja maupun penampilan, mereka sudah jauh berubah. Sehingga tidak bisa lagi dijadikan patokan.

Satu-satunya cara untuk mengidentifikasi mereka, menurut Jack adalah dengan melakukan dialog atau diskusi. Lewat diskusi itulah nantinya akan bisa diketahui arah pola pikir mereka seperti apa.

“Kalau dilihat, saat ini sudah banyak mengalami perubahan. Pelaku hari ini, kalau kita lihat justru tidak memakai celana cingkrang atau berjenggot. Tapi, justru memakai pakaian seadanya, berambut gondrong, dan sebagainya. Tidak seperti dulu. Hari ini lebih kompleks. Penampilan fisik tidak menentukan. Sehingga harus diskusi,” ujarnya.

Lihat juga...