Menikmati Nasi Bakar ala Maumere
Editor: Makmun Hidayat
MAUMERE — Warga Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT), yang tinggal di wilayah pedesaan sudah terbiasa mengonsumsi nasi yang dibakar di dalam bambu, baik menggunakan beras merah maupun beras putih terutama saat ada pagelaran ritual adat.
“Kalau masyarakat di wilayah tengah dan timur Kabupaten Sikka biasa menyebut beras merah yang dimasak dengan cara dibakar di bambu dengan nama lekun,” kata Yasinta Nenti Odang, warga Kelurahan Nangameting, Kota Maumere, saat ditemui di rumahnya, Sabtu (8/5/2021).
Nenti sapaanya mengatakan, dirinya pun sering membuat dan menjual makanan tradisional ini secara daring melalui media sosial dan saat pandemi corona tahun 2020 lalu banyak warga yang membelinya.
Ia mengakui saat ini bisnis kuliner sedang sepi sehingga dirinya pun sesekali menawarkannya di media sosial dan apabila banyak pembeli baru dirinya memasaknya.
“Kalau lekun menggunakan beras merah dicampur dengan santan kelapa dimasukkan ke dalam bambu yang telah dipotong dan dibersihkan bagian dalamnya lalu dibakar hingga menjadi nasi,” ungkapnya.
Sementara itu Maria W. Parera, warga Kelurahan Wairotang menjelaskan, nasi bakar lainnya biasa menggunakan daun pisang sebagai wadah pembungkusnya.
Untuk memasaknya, ucap dia, pertama-tama ambil beras lalu cuci hingga bersih dan buang air cuciannya. Siapkan wadah lalu isi air dan rendam beras yang telah dicuci tersebut dan tambahkan garam secukupnya.
“Biarkan sekitar setengah jam lalu angkat dan masukan ke dalam daun pisang lalu bungkus rapi berbentuk bulat lonjong. Panggang di atas bara kayu api hingga daun pisang gosong pertanda nasinya telah matang,” ungkapnya.