Pendangkalan Sungai, Kendala Petani Lamsel Mengairi Sawah
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
LAMPUNG – Pendangkalan atau sedimentasi sungai dan kanal jadi kendala petani aliri lahan persawahan.
Samijo, petani di Desa Bandan Hurip, Kecamatan Palas, Lampung Selatan menyebut, gulma jadi faktor penyebab sedimentasi. Faktor lain penyebab sedimentasi berupa penumpukan volume sampah yang dibuang ke sungai.
Sedimentasi oleh gulma tanaman air sebut Samijo berpotensi menumpuk volume lumpur. Sebab jenis tanaman air memiliki karakteristik perakaran, sulur hingga daun yang menumpuk lumpur.
Pada aliran sungai Way Pisang yang terkoneksi dengan kanal jenis tanaman air yang menjadi gulma cukup bervariasi. Semua jenis tanaman tumbuh liar, meski kerap dibersihkan, benih muncul dari bagian hulu sungai.
Samijo bilang, gulma yang kerap ditemukan meliputi enceng gondok (Eichhornia crassipes), kangkung (Ipomoea aquatica), genjer (Limnocharis flava).
Selain tanaman itu sejumlah gulma yang tumbuh berkembang semakin banyak menimbulkan sedimentasi. Petani kerap bergotong royong membersihkan gulma sebab berpotensi menimbulkan banjir.
“Saat penghujan aliran sungai dari bagian hulu ke hilir kerap membawa material sampah limbah pertanian tebon jagung, jerami hingga sampah domestik rumah tangga, berdampak tersangkut pada gulma meningkatkan potensi sedimentasi berimbas sungai meluap,” terang Samijo saat ditemui Cendana News, Senin (10/5/2021).
Sedimentasi sebut Samijo, memiliki dampak langsung pada kendala pengairan. Volume air yang tertampung di sungai sebutnya akan menurun karena lebih besar volume lumpur.
Bagi petani yang memanfaatkan aliran air sungai melalui kanal air sungai tidak bisa masuk ke pintu air. Petani pun memilih memakai mesin pompa air berimbas peningkatan biaya operasional bahan bakar.