Pendangkalan Sungai, Kendala Petani Lamsel Mengairi Sawah

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

Dampak sedimentasi sebut Samijo, aliran sungai Way Pisang sebagian mengalami penyempitan. Penyempitan alur sungai saat musim penghujan kerap berdampak pada penurunan daya tampung.

Imbasnya luapan sungai kerap mengakibatkan banjir pada area persawahan. Saat musim tanam, bibit padi tercabut oleh banjir dan saat masa padi berbulir akan terendam.

“Selain kerugian biaya operasional pengolahan, penanaman saat panen, kualitas padi terendam banjir menurun dan harga jual anjlok,” bebernya.

Upaya pengurangan sedimentasi sebut Samijo, akan maksimal dengan pengerukan. Pengerukan secara swadaya oleh petani memakai cangkul.

Idealnya pengerukan untuk meminimalisir sedimentasi sungai harus menggunakan alat berat. Namun mahalnya biaya operasional berimbas pengurangan sedimentasi dilakukan petani secara manual.

Sedimentasi sungai juga dialami oleh Harsono, petani di desa yang sama. Ia menyebut tingkat pertumbuhan gulma tanaman air meningkat pesat.

Gulma air berpotensi tumbuh lebih cepat sehingga mengakibatkan pendangkalan sungai dan kanal. Saat melakukan proses pemompaan air ia kerap harus membersihkan gulma. Sebab di sekitar gulma kerap mengikat lumpur yang berpotensi menyumbat selang pompa.

“Petani harus rutin membersihkan gulma penyebab sedimentasi, terutama saat masa pengolahan hingga masa tanam,” tegasnya.

Tanaman air yang memiliki pertumbuhan cepat secara generatif kerap terbawa ke sawah. Penularan gulma melalui air berimbas gulma enceng gondok, apo apo, rumput kolomento masuk ke dalam sawah.

Imbasnya petani mengeluarkan biaya ekstra untuk herbisida pemusnah gulma. Proses pembersihan gulma atau matun dilakukan petani untuk mengurangi gulma yang berasal dari sungai.

Lihat juga...