Proses Panjang Umbi Gadung Jadi Kerupuk Gurih

Editor: Koko Triarko

LAMPUNG – Di banyak daerah, umbi gadung sudah sangat langka ditemukan. Demikian pula di Lampung Selatan. Namun warga di Desa Pasuruan, Kecamatan Penengahan, Suyatinah dan Remiyati, masih membudidayakan umbi gadung ini bersama umbi jenis lainnya seperti talas, gembili, dan uwi.

Remiati mengatakan, tanaman bernama ilmiah Dioscorea hispida itu bisa menjadi pangan olahan setelah melalui proses yang panjang dan rumit. Ia sendiri mengaku mengolah gadung sebagai warisan tradisi kuliner dari desa asalnya di kabupaten Kulon Progo, DI Yogyakarta.

Pengalaman mengalami paceklik bahan pangan membuatnya bisa mengolah gadung. Kerupuk menjadi varian olahan gadung paling digemari, karena bisa menjadi camilan dan lauk makan.

Menurut Remiati, proses pembuatan kerupuk gadung cukup rumit. Sebab, umbi tanaman itu mengandung racun. Proses pengolahan yang benar menjadi kunci menyajikan kuliner kerupuk gadung yang lezat. Selain umbi gadung, bahan yang digunakan meliputi garam, abu sekam dan abu dapur. Gunakan wadah ember untuk merendam dan tampah bambu untuk menjemur.

Suyatinah, warga Desa Pasuruan, Kecamatan Penengahan, menjemur kerupuk gadung, Sabtu (1/5/2021). -Foto: Henk Widi

“Pilih umbi gadung yang masih segar setelah panen dengan cara digali, lalu kupas bagian kulit agar diperoleh umbi, lalu iris ukuran tipis, setelah semua umbi diiris tipis, rendam dalam ember yang telah diberi abu dapur, garam hingga semua irisan terlumuri dengan abu agar lendirnya meresap,” terang Remiati, Sabtu (1/5/2021).

Remiati bilang, usai proses melumuri irisan umbi gadung, tahap selanjutnya dengan pengeringan tahap pertama. Pengeringan dilakukan saat irisan umbi gadung masih berlumur abu sekam, abu dapur bercampur garam. Proses itu membantu penyerapan racun dan lendir yang masih menempel. Pengeringan tanpa sinar matahari langsung dalam waktu sehari dilakukan untuk memaksimalkan penyerapan racun.

Lihat juga...