Tingkatan-Tingkatan Menuju Kesempurnaan Akhlak
OLEH: HASANUDDIN
Kesembilan, membebaskan diri dari berharap kepada manusia, dan tidak mengharapkan apa yang ada di tangan mereka. Karena hal itu merupakan harga diri yang tinggi, kekayaan khusus, kepemilikan yang agung, kebanggaan yang benar, keyakinan yang murni, ketakwaan yang benar dan sempurna. Ia merupakan salah satu kunci keyakinan kepada Allah swt, bagian dari kezuhudan.
Kesepuluh, tawadhu (rendah hati). Tawadhu adalah melihat orang lain lebih dari dirinya, dan dia berkata tentang orang yang dilihatnya: “Mungkin saja orang ini lebih baik dan lebih tinggi kedudukannya di sisi Allah swt daripada saya”.
Kalau orang yang dilihatnya lebih muda usianya, ia berkata: “Orang ini belum pernah durhaka kepada Allah, sedangkan aku telah banyak durhaka kepada-Nya”, tidak diragukan lagi dia lebih baik daripada aku”. Kalau yang dilihatnya lebih tua darinya, maka ia berkata: “Orang ini beribadah kepada Allah lebih dulu daripadaku”.
Kalau yang dilihatnya orang berilmu, maka ia berkata: “Orang ini telah diberi apa yang aku belum sampai, telah mendapatkan apa yang aku belum mendapatkannya, dia mengetahui apa yang aku tidak tahu, dan dia beramal dengan ilmunya”.
Kalau melihat orang yang bodoh ia mengatakan: “Dia durhaka kepada Allah karena kebodohannya, sedangkan aku durhaka kepada Allah bukan karena kebodohan, dan aku tidak tahu dengan apa Allah akan mengakhiri hidupku dan hidupnya.
Dan jika dia melihat orang kafir, dia berkata: “Aku tidak tahu, siapa tahu kelak dia masuk islam, sehingga dia berakhir dengan amal yang baik, sedangkan aku berakhir dengan amal yang paling buruk” (nauzubillahi min dzalik). Inilah pintu kasih sayang, dan yang paling utama yang mesti dimiliki dan harus terus berada dalam kesadaran seorang hamba Allah.