Cara Kerja “Yang Menghidupkan” dalam Memelihara Manusia
OLEH: HASANUDDIN
Zat Yang Menghidupkan sesuatu dinamai dengan “Al-Hayyu” sesuai tugasnya menghidupkan sesuatu dari kematian. Zat ini tidak dapat diinderai, tidak dapat dijangkau oleh teknologi apapun termasuk teknologi nano.
Zat yang karena sedemikian halusnya, sehingga dalam melakukan pekerjaannya, pun juga sangat halus (latiif). Karena tidak dapat diverifikasi, maka tidak dapat didefenisikan, selain bahwa kita menerimanya karena realitas keberadaannya pada setiap makhluk hidup. Fungsinya dalam makhluk hidup adalah memberi kehidupan dengan menyambungkan fungsi-fungsi organ, agar organ-organ dalam tubuh saling terkoneksi satu sama lain.
Ia ibarat saklar dalam menghubungkan arus positif dan negatif dari aliran listrik. Tentu perumpamaan ini simplistik karena itulah contoh yang paling mudah dan relevan kita jadikan sebagai perumpaan. Letaknya banyak didalam tubuh, dan itulah kenapa tubuh manusia bisa dipisah-pisah (diamputasi secara medis) tanpa mengalami kematian total.
Namun seperti halnya pembangkit listrik, punya turbin utama sebagai pembangkit yang kita sebut sebagai Maha Hidup atau Tuhan, Dzat Mutlak. (Maha Suci Allah, Dia berbeda dengan apapun).
Ketika terjadi kerusakan dalam organ, atau terjadi ketidakseimbangan unsur-unsur mineral yang menyebabkan sakitnya tubuh, sistem ini tidak terganggu karena secara biologis tidak terkoneksi. Dan untuk memperbaiki kerusakan, menjaga keseimbangan, melakukan pemeliharaan, tugas itu dilakukan oleh yang disebut “rabb” (pemelihara).
Zat pemelihara ini juga tidak terkoneksi secara biologis, namun meliputi seluruh tubuh (organ luar maupun organ dalam). Zat ini juga seperti “Al-Hayyu” sangat halus dan tidak terdeteksi oleh inderawi maupun teknologi nano. Rabb atau zat pemelihara inilah yang bertanggung jawab melakukan deteksi dini atas setiap aktivitas manusia, memberi respons cepat atas setiap perubahan yang menyebabkan ketidakseimbangan, serta melakukan pemulihan. Zat ini terkoneksi dengan Zat Mutlak, Tuhan setiap saat.