Cara Kerja “Yang Menghidupkan” dalam Memelihara Manusia
OLEH: HASANUDDIN
Dan karena itulah Allah memberi pesan melalui Zat yang bernama Rabb ini, dan Rabb ini menjawab pesan itu secara sami’na waato’na kepada Yang Maha Rabb. Rabb ini hanya mengulang-ulang apa yang disampaikan Tuhan padanya, sehingga biasanya disebut juga dengan Ruh al Amiin. Keadaanya sangat-sangat suci, murni tidak bercampur dengan materi apapun, karena itu biasa pula disebut Ruh al-Quds. Zat Al-Hayyu (“yang menghidupkan”) dan Zat Al-Rabb (“yang memelihara”),
Keduanya membawa sifat-sifat Allah dalam dirinya. Namun demikian tidak bisa disebut sebagai Allah, dan karena itu ia diberi nama oleh Allah sebagaimana fungsinya. Kedua Zat ini akan dikembalikan oleh Allah, kehadirat-Nya jika masa tugasnya telah selesai pada diri seseorang.
Al-Hayyu dan Al-Rabb, bukanlah Al-Iradah (“Yang berkehendak”), namun Al-Iradah menyampaikan kehendak Allah pada Al-Hayyu dan Al-Rabb. Al-iradah sama saja dengan Al-Hayyu dan Al-Rabb dari sisi Zat, ia juga sangat halus, sehingga tidak dapat terdeteksi.
Nah, baik al-Hayyu, al-Rabb, al-iradah semuanya melaksanakan fungsinya atas dukungan al-Qudrah (“yang kuat”). Keempat Zat ini sebab itu merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dalam melaksanakan tugas yang diberikan Allah pada-nya. Semuanya bergantung kepada Zat Mutlak, Allah swt. Mereka semuanya dihadirkan Allah dengan “diturunkan” ke dalam ruh, sehingga ruh menjadi hidup.
Kemudian ruh yang telah hidup dengan empat potensi zat tadi, lalu dimintai persaksian, sebelum selanjutnya ditiupkan ke dalam jasad, tubuh manusia, tubuh menjadi aktif, bergerak lalu disebut “hidup”. Empat zat tadi itulah fitrah setiap manusia.