Minimalisir Sebab Kerusakan, Jaga Kelestarian Terumbu Karang

Editor: Koko Triarko

LAMPUNG – Keberadaan terumbu karang atau koral di sejumlah pantai di Lampung Selatan, hingga kini masih terjaga. Masyarakat dan pegiat wisata, secara berkesinambungan melakukan berbagai upaya, agar terumbu karang tetap lestari. Salah satunya, dengan meminimalisir faktor penyebab kerusakan.  

Rohmat, ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Ragom Helau, menyebut kerusakan terumbu karang disebabkan sejumlah faktor. Kerusakan oleh faktor tsunami 2018, misalnya, masih membekas, meski beberapa titik mulai pulih. Agar tetap lestari, sejumlah langkah dilakukan untuk menjaga eksistensi terumbu karang.

Warga Desa Totoharjo, Kecamatan Bakauheni, Lampung Selatan itu menyebut, strategi menjaga terumbu karang dilakukan bertahap. Setiap 9 Juni diperingati sebagai World Coral Triangle Day atau Hari Segitiga Terumbu Karang Dunia. Langkah sederhana warga pesisir menjaga terumbu karang dilakukan dengan meminimalisir faktor kerusakan.

Transplantasi koral pada sejumlah titik dilakukan Rohmat, ketua Pokdarwis Ragom Helau dan pengelola pulau Mengkudu agar terumbu karang terjaga di Desa Totoharjo, Kecamatan Bakauheni, Lampung Selatan, Sabtu (11/1/2020). -Dok: CDN

Rohmat menyebut, beberapa faktor penyebab kerusakan antara lain berupa penangkapan ikan berlebihan, polusi daerah aliran sungai dan sampah plastik. Kerusakan oleh suhu berimbas pada pemutihan terumbu karang terlihat pada karang yang mati dan terdampar di pantai.

“Langkah yang kami lakukan cukup sederhana, dengan lingkup yang terbatas pada area pulau Mengkudu yang memiliki area laguna, pertemuan arus, sehingga terumbu karang yang pernah rusak kami regenerasi. Meski pertumbuhan butuh waktu lama, namun tetap dilakukan perbaikan,” terang Rohmat, Rabu (9/6/2021).

Lihat juga...