Mitigasi Bencana Berbasis Pesantren, Edukasi Pelajar Sejak Dini

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

Salah satu tujuan TMS ungkapnya untuk menciptakan masyarakat tanggap bencana. Pesantren menjadi tempat untuk edukasi mitigasi bencana agar kesadartahuan bencana diperkuat.

Kesadartahuan bencana alam sebutnya berbasis pesantren menyesuaikan kondisi wilayah. Sebagian wilayah di Lamsel sebutnya menjadi kawasan rawan bencana alam gempa bumi, banjir, angin puting beliung, tsunami.

Sasaran pelajar sebagai generasi yang mudah menyerap informasi diedukasi untuk menularkan ilmunya kepada anggota keluarga lainnya.

“Saat ini ada aplikasi tentang prakiraan cuaca melalui BMKG dan informasi tentang kebencanaan bisa diakses melalui internet,” ulasnya.

Pada edukasi mitigasi bencana gempa bumi Hasran Hadi menyebut saat ini tersedia sistem peringatan dini tsunami (Tsunami Early Warning System).

Peningkatan kesiapsiagaan bencana perlu dilakukan sejak dini mulai SD hingga SMA. Sebab dengan melakukan edukasi melalui TMS Tagana dapat mendidik dan menyiapkan anak-anak. Anak-anak atau pelajar bisa menjadi pembawa pesan tingkat kesadaran kesiapsiagaan bencana.

Selain edukasi mitigasi bencana memakai simulasi penyelamatan saat gempa bumi, Tagana Lamsel juga melakukan penanaman berbagai jenis pohon dan mangrove.

Penanaman pohon sebutnya dilakukan pada area sekolah, pesantren untuk penanggulangan degradasi lahan dan kekeringan. Bencana banjir sebutnya berpotensi terjadi imbas penebangan pohon.

Penanaman pohon bakau atau mangrove sebut Hasran Hadi dilakukan untuk pencegahan abrasi, tsunami. Sejumlah pelajar, mahasiswa selain edukasi secara teoritis dibekali edukasi pentingnya vegetasi mangrove.

Penanaman di pantai Way Lubuk Kalianda jadi cara untuk mengedukasi pentingnya menjaga vegetasi mangrove di kawasan pesisir.

Lihat juga...